BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah
bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau
pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002). Jadi persalinan adalah
proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau
jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan. Macam-macam persalinan, yaitu
:
- Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
- Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya forcep
- Persalinan anjuran : Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.
Persalinan
kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam setelah itu.
Pemantauan pada kala IV: kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan
perdarahan aktif. Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.Untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut.
- Rumusan Masalah
- Apa saja perubahan fisiologis Kala IV ?
- Bagaimana pemantauan fisiologis Kala IV ?
- Apa tanda bahaya Kala IV ?
- Apa saja penilaian klinik yang bisa dilakukan pada kala IV ?
- Tujuan
- Untuk mengetahui dan memahami perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada kala IV.
- Untuk mengetahui yang dapat dilakukan pada pemantauan persalinan Kala IV.
- Untuk mengetahui tanda bahaya Kala IV.
- Untuk
mengetahui apa saja penilaian klinik yang bisa dilakukan pada kala IV.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian Kala IV
·
Kala IV adalah sejak lahirnya plasenta
sampai 2 jam postpartum. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1993.)
·
Kala IV adalah proses observasi
pascamelahirkan (Trihendradi C. dan Indarto. 2010.)
Kala IV adalah terjadi sejak
plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik
dan kuat. Perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak
ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak
terjadi perdarahan lanjut.
II.
Perubahan- Perubahan Fisiologis Kala IV
Selama 10 – 45 menit berikutnya setelah kelahiran
bayi,uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan perpisahan
antara dinding uterus dan plasenta,dimana nantinya akan memisahkan plasena dari
tempat lekatnya. Pelepasan plasenta membuka
sinus–sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi , dibatasi
sampai rata–rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut : serabut otot polos
uterus tersusun berbentuk angka delapan mengelilingin pembuluh–pembuluh darah
ketika pembuluh darah tersebut melaluidinding uterus. Oleh karena itu,
kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang
sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.
Selama empat sampai lima minggu pertama setelah
persalinan,uterus mengalami involusi beratnya menjadi kurang dari setengah
berat segera setelah pascapersalinan dan dalam empat minggu uterus sudah
sekecil seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat
plasenta pada permukaan endometrium mengalami autolisis, yang menyebabkan
keluarnya sekter vagina yang dikenal sebagai lokian ( lochea ),yang diawali
dengan lokia rubra hingga serosa, terus berlangsung sampai dengan satu setengah
minggu.setelah itu,permukaan endrometrium akan mengalami reepitelisasi dan
kembali ke kehidupan seks nongravid yang normal.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin
kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi ,
setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat saraf dari puting susu ke hipotalamus
menyebabkan gelora sekresi polaktin hamper sepulah kali lipat yang berlangsung
sekitar 1 jam, sebaliknya prolaktin atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode
penyusuan berikutnya.bila prolaktin ini tidak ada, jika ia dihambat akibat
kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika menyusui tidak kontinu, maka
payudara kehilangan kesanggupan untuk mengasilkan susu dalam beberapa hari,
tapi produksi susu dapat kotinu selama beberapa tahun jika anak mengisap
secarackotinu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan sangat menurun dalam
tujuh sampai Sembilan bulan.
Bila bayi mengisap
susu, impuls sencoris dihantarkan melalui saraf somatic ke medulla spinalis dan
kemudian ke hipotalamus. Hormone ini mengalir dalam darah menuju kelenjar
mammae menyebabkan sel – sel mioepitel yang mengelilingin dinding luar alveoli
berkontraksi dan memeras susu dari alveoli ke duktus. Jadi, dalam 30 detik – 1
menit setelah bayi menghisap kelenjar mammae, susu mulai mengalir. Proses ini
dinamakan ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan
reflek neourogenik dan hormon oksitosin.
Hal
ini juga berdampak pada kontraksi uterus dan berdampak pada proses involusi
perdarahan pasca persalinan.
·
Status Fisiologis pada Kala IV
Banyak perubahan fisiologis yang
terjadi selama persalinan dan pelahiran dan kembali ke level pra-persalinan dan
menjadi stabil seama satu jam pertama pasca-partus. Manifestasi fisiologis lain
yang terlihat selama periode ini muncul akibat atau terjadi setelah stress
persalinan.
Pengetahuan tentang temuan normal
penting untuk evaluasi ibu yang akurat.
Fisiologi kala IV :
1.
Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah
persalinan, tekanan darah, nadi dan pernapasan akan berangsur kembali normal.
Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit peningkatan tapi masih di bawah 38
̊C, hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan
baik, maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.
Pemantauan tekanan darah dan nadi
yang rutin selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat
kehilangan darah berlebihan.
2.
Gemetar
Kadang dijumpai pasien
pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini normal sepanjang suhu kurang dari 38
̊C dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena
hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan dan merupakan respon
fisiologis terhadap penurunan volume intraabdominal dan pergeseran hematologi
juga memainkan peranan.
3.
Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan
kadang dijumpai pasien merasa mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi
tubuh yang memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau
duduk di tempat tidur. Perasaan haus dan lapar pasti dirasakan pasien, oleh
karena itu hidrasi dan nutrisi sangat penting diberikan untuk mencegah
dehidrasi dan kekosongan lambung.
4.
Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan
kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga
sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal
ini disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan.
Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu mengusahakan kandung kemih kosong
selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih
sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni.
Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan keparahan nyeri.
5.
Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah
normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan
oleh plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali
pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa ini pasien mengeluarkan banyak sekali urine. Pada persalinan
per vaginam, kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC
pengeluarannya dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar
hematokrit.
Setelah persalinan, volume darah
pasien relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung
dan akan menimbulkan dekompensasio kordis pada pasien dengan vitum kardio.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
6.
Serviks
Perubahan-perubahan pada serviks
terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman
karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berdilatasi,
maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi
sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahan.
Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua jam
hanya dapat memasuki dua atau tiga jari.
7.
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada hari ke-5 pasca melahirkan, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
8.
Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan, dan
dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
9.
Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen,
progesteron, dan Human Plasenta Lactogen
Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan
mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai duktus kelenjar ASI. Isapan
langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan
oksitosin dari hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli
dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI kedalam sinus yang
disebut “let down refleks” .
Isapan
langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan
oksitosin dari hipofisis, sehingga akan menambah kekuatan kontraksi uterus.
III.
Pemantauan Fisiologis selama Kala IV
Selama satu jam pertama selama
kelahiran, tanda-tanda vital ibu, uterus, lokia, perineum, dan kandung ekmih
dipantau dan dievaluasi secara terautr sampai semua stabil dalam kisaran
normal.
Hal yang
harus diperhatikan dalam pemantauan tanda vital selama kala IV adalah :
- Vital sign
Pemantauan
tekanan darah ibu, nadi dan pernafasan dimulai segera setelah kelahiran
plasenta dan dilanjutkan setiap 15 menit sampai tanda-tanda vital stabil pada
level sebelum persalinan, atau sampai ditetapkan bahwa ada masalah yang
membutuhkan pemantauan yang lebih intensif. Tekanan darah normal < 140/90 mmHg;
Bila TD < 90/ 60 mmHg, nadi normal 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah
yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
- Suhu
Suhu
diukur paling tidak selama satu periode ini. Apabila Suhu ibu lebih dari 38° C
(identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
- Nadi
- Pernafasan
- Tonus uterus dan tinggi fundus uteri
Tonus
uterus dan jumlah aliran lokia dikaji secara simultan dengan masase regular
fundus uterus. Uterus yang berkontraksi dengan baik tidak akan menunjukan
peningkatan perdarahan ketika masase dilakukan. Sebaliknya, jika uterus
memiliki kecenderungan untuk rekaksasi dan menjadi lunak, aliran lokia dengan
sedang atau banyak. Hal ini dikaji paling mudah dengan secara langsung
mengamati penignkatan lokia atau bekuan sementara masase fundus, lokia luar
biasa banyak yang persistem ketika fundus berkontraksi dengan baik akan
membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
Menyusui
adalah metode efektif untuk meningkatkan tonus uterus, tetapi hanya sedikit
bayi yang tetap menyusu ASI selama waktu yang lama dalam satu jam pertama
kehidupan.
Kontraksi
tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar
dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
- Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
- Kandung kemih – Bila kandung kemih penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
- Evaluasi Uterus
Setelah
kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang
lebih dua per tiga sampai tiga per empat antara symphisis pubis dan umbilicus.
Jika uterus ditemukan dibagian tengah, diatas umbilicus, hal ini menandakan
adanya darah dan bekuan di dalam uterus, yang perlu ditekan dan dikeluarkan.
Uterus yang berada di atas umbilicus dan bergeser, paling umum ke kanan,
cenderung menandakan kandung ekmih penuh. Kandung kemih penuh menyebabkan
uterus bergeser, menghambat kontraksi dan memungkinkan peningkatan perdarahan.
Jika ibu tidak mampu buang air kecil secara spontan pada saat ini, kandung
kemih sebaiknya dikosongkan oleh kateter untuk mencegah perdarahan berlebihan.
Uterus
yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jika segmen atas uterus
keras, tetapi perdarahan menetap, pengkajian segmen bawah penting dilakukan.
Uterus yang lunak, hipotonik, longgar tidak berkontraksi dengan baik; atoni
uterus adalah penyebab utama perdarahan pasca partum. Hemostasis uterus yang
efektif dipengaruhi oleh kontraksi jalinan serat-serat otot myometrium.
Serat-serat ini bertindak sebagai pengikat bagi pembuluh darah terbuka pada
sisi plasenta. Pada umumnya, thrombus terbentuk dalam pembuluh darah distal
pada desidua, bukan dalam pembuluh myometrium. Mekanisme ini yaitu ligase
terjadi dalam myometrium dan thrombosis dalam desidua penting karena dapat
mencegah pengeluaran thrombus ke sirkulasi sistemik.
Konsistensi
Tindakan pertama yang dilakukan bidan
setelah plasenta lahir adalah melakukan evaluasi konsistensi uterus sambil
melakukan masase untuk mempertahankan kontraksinya. Pada saat yang sama,
derajat penurunan serviks dan uterus ke dalam vagina dapat dikaji. Kebanyakan
pada uterus sehat dapat melakukan kontraksi sendiri.
Atonia
Apabila bidan menetapkan bahwa uterus yang
berelaksasi merupakan indikasi akan adanya atonia, maka segera lakukan
pengkajian dan penatalaksanaan yang tepat. Kegagalan mengatasi atonia dapat
menyebabkan kematian ibu. Saat pengkajian, faktor-faktor yang perlu untuk
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi
uterus: uterus harus berkontraksi efektif, teraba padat, dan keras
2. Hal
yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya relaksasi uterus
a) Riwayat
atonia pada persalinan sebelumnya
b) Status
pasien sebagai grande multipara
c) Distensi
berlebihan pada uterus misalnya pada kehamilan kembar, polihidramnion, atau
makrosomia
d) Induksi
persalinan
e) Persalinan
presipitatus
f) Persalinan
memanjang
3. Kelengkapan
plasenta dan membran saat inspeksi, misalnya bukti kemungkinan tertinggalnya
fragmen plasenta atau selaput ketuban di dalam uterus
4. Status
kandung kemih
5. Ketersediaan
orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan aliran lokia, serta membantu
untuk melakukan masase uterus
6. Kemampuan
pasangan ibu-bayi untuk memulai proses pemberian ASI
Segera
setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan maternal terjadi pada saat
stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda dan ibu
memasuki penyembuhan pasca partum dan bounding atau ikatan. Pada saat yang
sama, bidan memiliki serangkaian evaluasi dan tugas untuk diselesaikan terkait
periode intra partum. Meskipun intra partum sudah selesai, istilah kala IV
persalinan mengidentifikasi jam pertama pasca partum ini perlu diamati dan
dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi ini untuk
hal-hal berikut:
1.
Evaluasi kontraktilitas uterus dan
perdarahan
2.
Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina,
dan perineum
3.
Inspeksi dan evaluasi plasenta,
membrane, dan tali pusat
4.
Pengkajian dan penjahitan setiap
laserasi atau episiotomy
5.
Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan
fisiologis yang mengidentifikasikan pemulihan
Penilaian
Klinik Kala IV
|
||
No
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
Fundus
dan kontraksi uterus
|
|
2
|
Pengeluaran
pervaginam
|
Pendarahan:
Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi normal atau tidak.
Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat haid. |
3
|
Plasenta
dan selaput ketuban
|
|
4
|
Kandung
kencing
|
Yakinkan
bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri
|
5
|
||
6
|
Kondisi
ibu
|
Periksa
vital sign, asupan makan dan minum.
|
7
|
Kondisi
bayi baru lahir
|
Diagnosis
|
||
No
|
Kategori
|
Keterangan
|
1
|
Involusi
normal
|
Tonus
– uterus tetap berkontraksi.
Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat. Perdarahan – dalam batas normal (100-300ml). Cairan – tidak berbau. |
2
|
Kala
IV dengan penyulit
|
Sub
involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.
Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban. |
IV.
Tanda
Bahaya Kala IV
- Demam.
- Perdarahan aktif.
- Bekuan darah banyak.
- Bau busuk dari vagina.
- Pusing.
- Lemas luar biasa.
- Kesulitan dalam menyusui.
- Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kala IV adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam
sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai
uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.perlu
juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa
sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan
lanjut. Perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta
pemantauan dan evaluasi lanjut juga perlu diperhatikan.
b. Saran
·
Masyarakat
Bagi
suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga
kesehatan ibu. Dan dapat memberikan secara psikis maupun moril terhadap ibu
yang mengalami masa post partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan
AKI.
Saran
yang dapat diberikan pada ibu yang mengalami penjahitan pada daerah perinium,
yaitu :
1. Menjaga perineum ibu selalu dalam
keadaan kering dan bersih.
2. Menghindari penggunaan obat-obat
tradisional pada lukanya.
3. Mencuci perineum dengan air sabun
dan air bersih sesering mungkin.
4. Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan
dengan gizi yang tinggi.
5. Menganjurkan banyak minum.
6. Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu
setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
·
Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan agar berupaya meningkatkan
pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya Bidan, agar persalinan dapat ditangani
oleh tenaga ahli secara komprehensip untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi agar terlaksana dengan baik.
·
Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapakan agar
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih peka
untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan agar dapat dengan segera
ditangani.
REFERENSI
Righard, L., and Alade,
M. O. Effect of delivery room routines on success of first breastfreed. Lancet
Klaus, M. H., and
Kennell, J. H. Parent-infant Bonding. St. Louis, MO: Mosby, 1982
336: 1105, 1990.
Widstrom A-M.,
Wahlberg, v,. Matthiesen, A. S,. et al. Short-term effects of early suckling
and touch of nipple on maternal behavior. Early Hum. Dev. 21 : 153, 1990
Widstrom A-M.,
Ransjo-Arvidson, A. B., Christensson, K., et al. Gestrict suction in healthy
newborn infants: effects on circu-lation and developing feeding behavior. Acta
Paediatr. Scand. 76(4):566, 1987.
http://www.kebidanan.org/kala-iv
https://www.academia.edu/8629345/Kala_IV
Komentar
Posting Komentar