MAKALAH
SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
Dosen
Pengampu : Nonik Ayu Wantini,S.ST,M.Kes
Disusun
Oleh :
Kelompok 4
Kelas : B12.2
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
SEMESTER GANJIL
2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang spermatogenesis dan oogenesis.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh
karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.
Yogyakarta,
20 November 2015
Kelompok
4
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1. Latar
Belakang............................................................................ i
2. Rumusan
Masalah....................................................................... i
3. Tujuan dan Manfaat Pembuatan Makalah................................... ii
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
1)
Spermatogenesis
..............................................................................
1
A.
Pengertian...................................................................................
1
B.
Tempat terjadi spermatogenesis.................................................
1
C.
Proses
spermatogenesis.............................................................. 2
D.
Hormon yang bertindak dalam
spermatogenesis....................... 5
E.
Struktur sperma..........................................................................
5
F.
Jenis
sperma...............................................................................
6
G.
Kecacatan pada
spermatogenesis............................................... 7
2)
Oogenesis.........................................................................................
9
A. Pengertian.................................................................................
9
B. Proses oogenesis.......................................................................
10
C. Hormon - Hormon yang
Berperan dalam Proses Oogenesis....
11
D.
Struktur
ovum...........................................................................
12
3)
Perbedaan spermatogenesis dan
oogenesis...................................... 13
BAB III PENUTUP..............................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Reproduksi
merupakan proses pembentukan individu baru dari individu yang sudah ada dan
merupakan ciri khas dari semua makhluk hidup. Reproduksi bertujuan untuk
mempertahankan kelestarian suatu spesies dari kepunahan. Dalam upaya
melestarikan kelangsungan hidupnya, setiap organisme harus mampu memperbanyak
diri sehingga setiap generasi mampu menghasilkan generasi sebelumnya yang mati
karena pemangsa, parasit atau karena telah berumur tua.
Proses reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti: makan, pertukaran gas dan ekskresi, proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup setiap organisme, tetapi tanpa reproduksi suatu spesies akan punah. (Franz, 1990).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dapat kita ketahui bahwa kelangsungan hidup individu, sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian suatu spesies.
Salah satu cirri tersebut adalah berkembang biak atau reproduksi merupakan kenyataan bahwa tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup terus menerus tanpa batas. Semua akan mengalami kematian, namun tak satu pun organisme yang tidak ingin eksis, semua ingin hidup, semua berjuang untuk tetap lestari. Semua makhluk hidup mempunyai keturunan untuk melestarikan sifat-sifatnya dan meneruskan eksistensinya sehingga makhluk hidup bertujuan bereproduksi.
Proses reproduksi berbeda dengan proses yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sehari-hari seperti: makan, pertukaran gas dan ekskresi, proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup setiap organisme, tetapi tanpa reproduksi suatu spesies akan punah. (Franz, 1990).
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dapat kita ketahui bahwa kelangsungan hidup individu, sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian suatu spesies.
Salah satu cirri tersebut adalah berkembang biak atau reproduksi merupakan kenyataan bahwa tak ada satu pun makhluk hidup yang hidup terus menerus tanpa batas. Semua akan mengalami kematian, namun tak satu pun organisme yang tidak ingin eksis, semua ingin hidup, semua berjuang untuk tetap lestari. Semua makhluk hidup mempunyai keturunan untuk melestarikan sifat-sifatnya dan meneruskan eksistensinya sehingga makhluk hidup bertujuan bereproduksi.
Reproduksi
merupakan pengetahuan
mengenai struktur, fungsi, dan proses reproduksi yang menjadi salah satu bagian terpenting dari
seluruh proses teknologi reproduksi. Oleh karena itu, kita harus belajar dan menambah pengetahuan
kita, semakin kita mempelajarinya maka kita akan menyadari betapa kecilnya diri
kita dihadapan Tuhan Yang Maha Esa yang mengelola kehidupan.
2.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa yang dimaksud Spermatogenesis dan
Oogenesis ?
2)
Bagaimanakah proses Spermatogenesis dan
Oogenesis ?
3)
Dimana proses Spermatogenesis dan proses
Oogenesis berlangsung ?
4)
Apakah tahap-tahap dari Spermatogenesis dan
Oogenesis ?
5)
Apa saja hormon yang bertindak dalam
Spermatogenesis dan Oogenesis ?
6)
Apa saja jenis sperma ?
7)
Bagaimanakah perbedaan masing-masing sperma ?
8)
Bagaimanakah struktur sperma dan struktur
ovum ?
9)
Apa kelainan pada spermatogenesis ?
10) Dimana
spermatogenesis terjadi ?
11) Apa
perbedaan spermatogenesis dan oogenesis ?
3.
TUJUDAN DAN MANFAAT PEMBUATAN MAKALAH
Di
dalam pembuatan makalah ini, kami menginginkan agar pembaca bisa memahami apa
yang dimaksud dengan spermatogenesis dan oogenesis dan proses-prosesnya secara
lebih rinci serta pembaca bisa mengerti perbedaan dari spermatogenesis dan
oogenesis.
BAB
II
PEMBAHASAN
1)
SPERMATOGENESIS
A.
PENGERTIAN
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal
: spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad)
jantan yaitu testis di tubulus seminiferus
dan diatur oleh hormon gonadotropin dan testosteron.
Sel spermatozoa,
disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Peralihan
dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut
berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan.
B.
TEMPAT TERJADI SPERMATOGENGESIS
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang
kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang
disebut spermatogonia (jamak). Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
(lobulus testis).
Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus
seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (tunggal =
spermatogonium). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus
membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel
induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonia terletak didua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
C.
PROSES
SPERMATOGENESIS
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi tiga tahap, yaitu :
1. Tahapan Spermatocytogenesis
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia
yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n
atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat
diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom
diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan
menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina
basalis, sitoplasma semakin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis
II membentuk empat buah spermatid yang
haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak
membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu
jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit
II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase
tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa
(sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi
sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding
Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi
umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
D.
HORMON YANG BERTINDAK DALAM SPERMATOGENESIS
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a.
Kelenjer hipofisis
Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon/FSH) dan hormonlutein
(Luteinizing Hormon/LH).
b.
LH (Luteinizing Hormone)
LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormone testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosterone memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH (Folicle Stimulating
Hormone)
FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d.
Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
E.
STRUKTUR SPERMA
Sperma diproduksi di testis. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih
usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia
tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta
per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina wanita. Rata-rata volume air
mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah
40-100 juta per ml.
Struktur
sperma :
1.
Kepala
(caput)
Kepala (caput) terdiri dari sel berinti tebal
dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti (nukleus)
dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang
disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2.
Leher
(cervix)
Leher (cervix) menghubungkan kepala (caput) dengan badan.
3.
Badan
(corpus)
Badan (corpus) banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma.
4.
Ekor
(cauda)
Ekor (cauda) berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferens dan
ductus ejakulotoris.
F.
JENIS SPERMA
Sperma
terbagi menjadi dua yaitu, Sperma X dan Sperma Y. Pada manusia, jenis kelamin anak ditentukan oleh sel sperma. spermatozoa yang membawa kromosom Y akan
menghasilkan keturunan (XY) laki-laki, sementara spermatozoa dengan kromosom X
akan menghasilkan keturunan (XX) perempuan (ovum selalu memberikan kromosom X).
Sperma X dan Y dapat dibedakan berdasarkan perbedaan bentuk dan
ukuran, variasi ukuran kromosom Y, kemampuan bergerak, serta umur sel, dan juga
elektrisitas dan sifat kimiawinya. Namun yang akan dibahas kali ini adalah
dalam beda bentuk ukuran, kemampuan bergerak, dan umur sel.
Sperma Y (pria)
bergerak lebih cepat, ukurannya relatif lebih kecil, namun umurnya lebih
pendek. Sebaliknya, sperma X lebih kurang 3% lebih gemuk, bentuknya lebih
bulat, dengan bentuk dan ukuran yang demikian, sperma X bergerak lebih lambat.
Namun mereka memiliki daya tahan hidup yang lebih lama. Sperma Y dapat bertahan
hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama 12 hingga 24 jam, sedangkan
sperma X sanggup bertahan hingga 2 hari.
G. KECACATAN PADA
SPERMATOGENESIS
1.
Nondisjunction
Misalnya
pada SyndromTurner. Penyebab kelainan sindrom turner iniadalah tidak
mendapatkan kromosom Y; terjadi karenaada nondisjunction pada spermatogenesis
sehingga sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan sperma O. Sperma O (tidak
mempunyai kromosom kelamin) kemudian membuahi ovum X, maka terbentuklah
individu 44 A + X.‡
2.
Sperma berkepala dua
Ancaman
lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma normal. Sebagai contoh,
beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan tetrasiklin dapat menekan
pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida tertentu, ganja, tembakau, dan
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan produksi sperma yang abnormal (dua
berkepala, dll beberapa ekor).
3.
Sperma tanpa akrosom
4.
Oligospermia
Oligospermia
adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang dalam cairan semen . Paling
sering oligospermia disebabkan oleh karena varicocele , diet yang terlalu ketat
, merokok , minum alkohol , menggunakan obat-obat psikotropika , menggunakan
pakaian dalam yang terlalu ketat , stress , terlalu sering melakukan hubungan seksual
sehingga kuaalitas sperma kurang baik (normalnya seminggu 1-2 kali terutama
pada saat wanita sedang masa subur ) , hindari menggunakan pelumas pada saat
berhubungan karena dapat mempengaruhi kondisi sperma.
5.
Azoospermia
Azoospermia
adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi (semen). 1-5 Azoospermia
ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.1,3,4
Azoospermia terjadi karena adanya obstruksi saluran reproduksi atau vas
deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi
spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).
2)
OOGENESIS
A. PENGERTIAN
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal:
oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan.
Oogenesis
terjadi di semua spesies dengan reproduksi seksual dan itu mencakup semua tahap
belum matang sel telur.
Reproduksi terjadi ketika sel telur dibuahi oleh
gamet jantan atau sperma. Sperma juga berisi setengah bahan genetik dari
individu yang matang, sehingga embrio yang dibentuk oleh fertilisasi akan
berisi set lengkap materi genetic. Setengah dari sel telur dan setengah dari
sperma.
B. PROSES
OOGENESIS
Oogenesis telah dimulai saat bayi
perempuan masih did dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5
bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan
membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini
tidak dilanjutkan sampai bayi perempuaan tumbuh menjadi anak perempuan yang
mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat
(dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di
dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai
pubertas, anak permepuan hanya memiliki sekitar 200.000 oosit primer saja.
Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki pubertas, anak
perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan
meiosis tahap pertama. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel
yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran
normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih
kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selan jutnya, oosit sekunder
meneruskan tahap meiosis II. Namun, pada tahap oosit sekunder tidak langsung
diselesaikan sampai tahap akhir,
melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi
ovulasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada sperma yang
masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang
disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit
sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua.
Akkhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum
dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam
suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh
cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber
makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan oosit primer menjadi oosit
sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk
menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel
primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder,
folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel
tersier berkembang menjadi Folikel De Graaf (folikel matang). Setelah oosit
sekunder lepas dari folikel, folikel akan
berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
C. Hormon - Hormon yang
Berperan dalam Proses Oogenesis
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone yang dihasilkan
aksi dari hypothalamus, hipofisis, dan ovarium.
Hormon-hormon
yang berperan
dalam oogenesis diantaranya :
1.
GnRH (gonadotropin releasing hormone)
Diproduksi di hipotalamus,
kemudian dilepaskan. GnRH menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (folicle
stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
2.
LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormone progesterone dan meransang ovulasi.
3.
FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen,
memacu perkembangan folikel.
4.
Estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
5.
HCG (Human Chorionic Gondaotropin)
Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum.
D.
STRUKTUR OVUM
Selayaknya
spermatozoon, ovum juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis berupa 23
kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Untuk melindungi muatan genetis
tersebut, ovum harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1.
Membran Vitellin
Membran
Vitellin adalah lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran plasma dari
sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti pada
sel lain, terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
2.
Zona Pellusida
Zona
Pellusida adalah lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona
pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini juga terlibat dalam
pengikatan sperma selama pembuahan dan mencegah lebih dari satu sperma memasuki
sel telur.
3.
Korona Radiata
Korona
Radiata merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan
merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri
dari beberapa baris sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah
dikeluarkan dari folikel. Korona radiata menyediakan sel telur dengan protein
esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung, melindunginya saat
berjalan menuruni tuba falopi.
3)
PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN
OOGENESIS
a.
Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis
adalah produksi ovum wanita.
b.
Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai
dari Oosit Primer.
c.
Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit
primer. Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit
primer.
d.
Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama,
sedangkan, pada Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
e.
Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur).
f.
Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari ovum (sel telur).
g.
Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile.
h.
Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan
sekunder Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
i. Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai
dari sebelum kelahiran, pada tahap perkembangan embrio.
j. Spermatogenesis menghasilkan sel sperma pada satu waktu, sedangkan pada hasil Oogenesis hanya
satu ovum per bulan.
k.
Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis melibatkan fase yang
panjang.
l.
Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan
pada Oogenesis terjadi dalam pola siklik.
m.
Spermatogenesis dengan hasil akhir 4 spermatozoid, sedangkan oogenesis
hanya menghasilkan 1 ovum.
BAB
III
PEUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis
terjadi di tubulus seminiferus.
2.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional.
3.
Tahap – tahap spermatogenesis :
i.
Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma
(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
ii.
Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel
somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
iii.
Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n).
iv.
Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan
2 spermatid yang bersifat haploid (n).
v.
Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat
haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang
fungsional.
4.
Struktur sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan
ekor.
5.
Jenis sperma terdiri dari sperma X dan sperma Y.
6.
Hormon yang bertindak dalam spermatogenesis : Kelenjer hipofisis, LH (Luteinizing
Hormone), FSH (Folicle Stimulating Hormone), hormon pertumbuhan.
7.
Kecacatan pada spermatogenesis :Nondisjunction, Sperma berkepala dua, Sperma
tanpa akrosom, Oligospermia, Azoospermia.
8.
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
9.
Tahapan oogenesis :
a.
Sel-Sel Kelamin Primordial
b.
Folikel Primordial
c.
Oosit Primer
d.
Pembelahan Meiosis Pertama
e.
Oosit Sekunder
10. Hormon-hormon yang berperan
dalam oogenesis diantaranya GnRH, LH, FSH, Estrogen, HCG.
11. Struktur
ovum diantaranya Membran Vitellin, Zona Pellusida,
Korona Radiata yang merupakan bagian pelindung ovum.
12. Perbedaan
spermatogenesis dan oogonesis dapat dilihat pada hasil akhir, tempat terjadi,
proses, sifat, ukuran, waktu berlangsung, dan fase pertumbuhan.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini kami buat dengan
sebaik-baiknya, namun sebagai manusia kami tidak lepas dari kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun kami sangat diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Daftar Pustaka :
Marimbi, Hanum.2010. BIOLOGI
REPRODUKSI. Yogyakarta: Nuha Medika
Komentar
Posting Komentar