BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya
sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi dengan
sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat menghindari dari suatu tindakan
yang disebut komunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian dari
kehidupan manusia itu sendiri.
Komunikasi
merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan
pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan
dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan
hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena
tanpa komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara
perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi. Manusia
memerlukan kehidupan sosial, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar
interaksi manusia berlangsung dalam situasi komunikasi interpersonal
(komunikasi antar pribadi).
Komunikasi
antar pribadi sangat penting dilakukan untuk mendukung kelancaran komunikasi
dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan antar pribadi yang baik akan
meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak dalam organisasi dan
meminimalisir rasa saling tidak percaya serta kecurigaan di lingkungan kerja.
Komunikasi yang baik merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi
informasi dalam mendukung kemajuan organisasi. Komunikasi yang baik senantiasa
menimbulkan iklim keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan
rasa memiliki organisasi.
Setiap individu
memiliki cara berfikir yang berbeda, terutama dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Ada yang bersikap santai, ada yang bersikap cuek seperti tidak
memiliki masalah, bahkan ada yang mensikapi sesuatu dengan emosi. Hal ini di
pengaruhi karena masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda,
cara berkomunikasi yang berbeda, dan terkadang semua itu menjadi masalah dalam
kehidupan sehari hari. Hal ini sering menjadi penghambat dalam menciptakan
komunikasi yang efektif, sikap emosional yang berlebihan bagi masing-masing
individu saat menghadapi situasi tertentu dapat memperburuk proses komunikasi.
Suatu ketika terdapat sedikit masalah yang sebenarnya sepele, dan mestinya bisa
diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika disikapi dengan emosional, maka hal
itu akan menjadi bumerang dan akan memperkuat ego dari individu tersebut yang
akan berdampak pada terhambatnya proses komunikasi yang efektif.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan komunikasi interpersonal ?
2. Apa sajakah
tujuan dari komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana
model-model komunikasi interpersonal?
4. Bagaiman
caranya melakukan komunikasi interpersonal yang efektif?
C.
Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui
pengertian dari komunikasi interpersonal
2. Untuk memahami tujuan
komunikasi interpersonal
3. Untuk menjelaskan
model-model komunikasi interpersonal
4. Untuk mengetahui cara
melakukan komunikasi interpersonal yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi Interpersonal
Kamus Psikologi
(Rakhmat, 2001) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian energi, gelombang
suara dan tanda di antara tempat sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam
bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,
informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan
seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak
langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau
perilaku. Kata komunikasi ini sendiri berasal dari bahasa Latin
“communicatio” yang berarti “pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, dan
“kerjasama”. Kata komunikasi bersumber dari istilah “communis” yang berarti
“sama makna”.
Komunikasi
sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal (kata-kata)
maupun non verbal (gerakan) oleh seseorang kepada orang lain
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan
adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima),
sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
Secara
konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi
antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi,
saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi
konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal
karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Komunikasi
interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap
tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi
perubahan perilaku
Dari pengertian
komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut
Suranto A.W, komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:
1) Sumber /
komunikator
Merupakan orang
yang mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi,
yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang
bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat
berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan
tingkah
laku orang
lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2) Encoding
Encoding adalah
suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan
pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang
disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan
dengan karakteristik komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah
seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya,
yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.
Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting.
Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi
oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan
dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang
lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran
atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi
secara tatap muka.
5) Penerima/
komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami,
dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima
bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan
umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator
akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna
pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator
dan komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan lain secara
umum. Pentafsiran si penerima pesan (komunikan) ketika mendapatkan pesan dari
(komunikator).
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh
penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat
bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan
yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun
menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang
diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka
ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di
dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa
saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan,
termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks
komunikasi
Komunikasi
selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi
yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit
dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan.
Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan,
misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan
budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi
rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang
saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan
menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan
selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa
proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks
waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding,
maupun pada diri penerima. Prosesnya adalah sebagai berikut : Terdapat seorang
komunikator yang ingin menyampaikan pesannya (message). Pesan tersebut
diekspresikan (encoded) melalui berbagai lambang dalam bahasa. Bahasa tersebut
mungkin berupa simbol kata-kata, simbol-simbol matematik, diagram, sentuhan dan
seterusnya. Pesan disampaikan melalui perantaraan. Berbagai media komunikasi
digunakan dalam organisasi meliputi: percakapan tatap muka, percakapan telepon,
memo-memo tertulis, sistem alamat umum, serta banyak media lainnya. Terdapat
satu atau lebih penerima pesan (recipients). Bilamana seorang penerima menerima
pesan, maka pesannya ditafsirkan (decoded).
B.
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1.
Menemukan Diri Sendiri
Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita
belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi
interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan
mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita
sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan
sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari
media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
3.
Membentuk Dan Menjaga
Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam
komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan
sosial dengan orang lain.
4.
Berubah Sikap Dan
Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka
memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku,
memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita
banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5.
Untuk Bermain Dan
Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita
pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk
menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
6.
Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan
kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi
interpersonal kita sehari-hari.
Dapat disimpulkan
bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu dapat
mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Komunikasi intrapersonal terbagi menjadi dua jenis yaitu :
a.
Komunikasi
diadik (Dyadic communication)
Komunikasi diadik
adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang. Misalkan, anda berkomunikasi
dengan seseorang yang anda temui di jalan. atau sedang menelpon seseorang yang
lokasinya jauh dari saudara.
b.
Komunikasi
triadik (Triadic communication)
Komunikasi triadik
adalah komunikasi antarpribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga
orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila dibandingkan
dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena
komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya,
sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat
berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Komunikasi
interpersonal memiliki beberapa ciri, yaitu : arus pesan dua arah, suasana
nonformal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada dalam jarak yang
dekat, dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan serta
spontan, baik verbal maupun non verbal.
Fungsi Komunikasi
interpersonal adalah untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai
salah satu tanda efektivitas proses komunikasi.
Tipe komunikasi
interpersonal, yang pertama adalah komunikasi dua orang (mencakup segala jenis
hubungan antarpribadi, antara satu orang dengan orang lain, mulai dari hubungan
yang paling singkat (kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama dan mendalam).
Kedua, yaitu wawancara merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal
dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab seperti saat
orang melamar pekerjaan. Seorang HRD mewawancari karyawan yang sedang melamar
kerja. Dan yang ketiga, Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe
komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu
pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah, dan sebagainya.
C.
Model Komunikasi
Interpersonal
Menurut Coleman dan
Hammen (dalam Jallaludin Rakhmat buku Psikologi Komunikasi) , ada empat buah
model komunikasi interpersonal, yaitu :
1.
Model Pertukaran
Sosial
Rakhmat menjelaskan dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ganjaran merupakan
setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap
nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran itupun berbeda-beda tergantung
waktu dan strata sosial pelaku komunikasi. Sedangkan biaya dijelaskan sebagai
akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat
berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Sebagaimana
ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat
didalamnya.
Dengan kata lain, model pertukaran sosial dapat di ibaratkan sebagai suatu
transaksi dagang. Karena, orang berinteraksi dengan orang lainnya hanya
mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya.
2.
Model Peranan
Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai
transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagi panggung sandiwara. Di sini
setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat
masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak
sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan.
Tuntutan peranan adalah dasakan soaial yang memaksa individu untuk memenuhi
peranan yang telah dibebankan kepadanya. Dalam hubungan interpersonal, desakan
halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang
disebut juga kompetensi sosial. Dibedakan menjadi keterampilan kognitif
menunjukkan kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain
dari dirinya dan keterampilan tindakan merupakan kemampuan melaksanakan peranan
sesuai dengan harapan. Konfliik peranan terjadi bila individu tidak
sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan.
3.
Model Permainan
Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People Play, mmengklasifikasikan
model permainan ini dalam tiga kepribadian manusia. Yaitu Orang Tua, Orang
Dewasa dan Anak (Parent, Adult, Child). Orang Tua adalah aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari
orang tua kita. Orang Dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi
secara rasional, sesuai dengan situaisi, dan biasanya berhubungan dengan
masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah
unsur yang diambil dari perasaan dan penglaman kanak-kanak dan
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan. Dan kita
akan memunculkan salah satu aspek kepribadian kita pada saat berkomunikasi
interpersonal, dan orang lain akan membalasnya dengan salah satu aspek tersebut
juga.
4.
Model interaksional
Komunikasi interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanan
peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model interaksional
mencoba menggabungkan model pertukaran sosial, peranan dan permainan. Model
yang memandang bahwa hubungan interpersonal sebagai suatu sistem, dan setiap
sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan.
D.
Efektifitas Komunikasi
Interpersonal
Pengertian efektifitas secara umum
menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu
ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat, yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah
tercapai.
Efektifitas komunikasi interpersonal merupakan interaksi (face to face) antara dua individu
atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi tingkah laku
yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang suatu tujuan.
Komunikasi
interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena
tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat
reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua
orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Menurut Joseph
A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”, efektifitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan
lima kualitas umum (sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness),
empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).
1.
Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk
menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya
(kata ganti orang pertama tunggal).
2.
Empati (empathy)
Empati sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan
bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
3.
Sikap mendukung (supportiveness)
dan Umpan Balik
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Dan umpan balik yang
ditimbulkan harus terlihat komunikasi yang diciptakan berhasil atau tidak,
efektif atau tidak.
4.
Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5.
Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis
daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam
suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
Ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai
upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah kesetaraan
meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang
lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau
hubungan emosional yang baik. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan
kita pahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Bila seseorang
berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan dirinya,
maka seseorang tersebut akan merasa gembira, dan terbuka. Sebaliknya bila ia
berkumpul dengan orang-orang yang ia benci, maka itu akan membuatnya merasa
tegang, resah, dan tidak enak. Dengan demikian seseorang tersebut akan menutup
diri dan menghindari komunikasi atau ingin segera mengakhiri komunikasi
tersebut.
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga syarat :
1)
Pesan yang dapat
diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh
komunikator.
2)
Ditindak lanjuti
dengan perbuatan secara sukarela.
3)
Meningkatkan kualitas
hubungan antar pribadi.
Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk :
1)
Membentuk dan menjaga
hubungan baik antar individu.
2)
Menyampaikan
pengetahuan atau informasi.
3)
Mengubah sikap dan
perilaku
4)
Pemecahan masalah
hubungan antar manusia
5)
Citra diri menjadi
lebih baik
6)
Jalan menuju sukses
Komunikasi interpersonal tatap muka mempunyai banyak kelebihan, yaitu :
1)
Feedback antara
komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat pula
reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri.
2)
Terdapat kedekatan
emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3)
Bisa mengurangi noise
(gangguan) dalam berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada
gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4)
Dapat menyampaikan
suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi verbal.
5)
Tidak memerlukan biaya
dalam melakukannya karena dilakukan secara langsung dan continue , sehingga
mengobrol dalam jangka waktu yang lama tidak mengeluarkan biaya.
6)
Emosi atau perasaan
antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi kebohongan
karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
Selain mempunyai kelebihan, komunikasi interpersonal tatap muka juga
mempunyai kelemahan, yaitu :
1)
Mengenai efisiensi
waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap
orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan komunikasi
tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan
melakukan komunikasi interpersonal tatap muka.
2)
Tidak dapat
berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena jangkauan
tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk menghubungkan
antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang
menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
Dalam komunikasi
interpersonal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan- hambatan tersebut
antara lain sebgai berikut :
1)
Bahasa : Dalam
komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah satu
alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu
komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan
menjadi hambatan dalam komunikasi .
2)
Budaya : Budaya juga
sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar
budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat
menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3)
Tujuan yang tidak
jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan
yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar
sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
4)
Salah paham :
Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi,
respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi
sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain
itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi.
Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan
hubungan.
5)
Menganggap enteng
lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati
antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak
ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya pemutusan hubungan.
6)
Mendominasi
pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap
tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi
perubahan perilaku.
Komunikasi
interpersonal memiliki beberapa komponen yaitu Sumber / komunikator, encoding,
pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan, dan konteks
komunikasi.
Tujuan
komunikasi interpersonal adalah menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar,
membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, mempengaruhi sikap dan tngkah
laku, mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu, dan memberikan
bantuan (konseling).
Model
komunikasi interpersonal adalah model pertukaran sosial, model peranan, model
permainan, dan model interaksional.
Komunikasi
interpersonal dikatakan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena
tanpa menggunakan media dalam penyampaian pesannya serta dapat langsung melihat
reaksi dari lawan bicara. Komunikasi interpersonal sering dilakukan oleh semua
orang dalam berhubungan dengan masyarakat luas.
Efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum
(sifat) yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness),
dan kesetaraan (equality).
Dalam komunikasi interpersonal memiliki beberapa hambatan yaitu bahasa,
budaya, tujuan yang tidak jelas, salah paham, mengangap enteng lawan bicara,
dan mendominasi pembicaraan.
B.
Saran
Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antar dua orang atau sekelompok kecil yang
saling memberikan ide, pengertian, wawasan, ataupun pendapat yang mengharapkan
adanya reaksi atau umpan balik positif dari penerima pesan. Diharapkan dengan
kehidupan sehari-hari melakukan komunikasi, kejelasan, keterbukaan, dan bahasa
yang sopan santun harus ditingkatkan untuk menjalin komunikasi baik antar
teman, sahabat, orang tua, rekan kerja, dan lain halnya.
Dengan
keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan penyusun yang masih
minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia menerima
kritik dan saran dari teman-teman, yang membangun guna untuk menambah wawasan
penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,
Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. 2005. p.159.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2000. p.73.
Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta :
Graha Ilmu. 2011. p.9.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html (Diakses
tanggal 9 Februari 2015)
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
(Diakses tanggal 8 Februari 2015)
Komentar
Posting Komentar