PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN

1.      PERIOPERASI
     Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prabedah (praoperatif), bedah (intra-operatif), dan pasca bedah (post-operatif). Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra-bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemuliahn. Pasca-bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
     Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase perioperasi merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Adapun persiapan klien di unit perawatan meliputi :
   a.       Konsultasi dengan dokter obstetrik dan dokter anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter anestesi sebelum operasi dilakukan. Anggota multi disiplin lainnya juga dapat terlibat, misalnya fisioterapis.
   b.      Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau bagiandari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnyarelaksan, antiemetik, analgesik dan lain-lain.
   c.       Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pasca bedah setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itulebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
   d.      Stocking kompresi
Stocking dengan ukuran yang tepat harus dipakai ibu sebelum operasi dilakukan, terutama pada ibu yang memiliki resiko tinggi, misalnya obesitas atau varises vena. Kematian akibat emboli pulmoner merupakan resiko bagi ibu yang melahirkan dengan operasi atau mengalami imobilitase.
   e.       Mengidentifikasi dan melepas prosthesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan lain-lain  harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandainya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
   f.       Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
·         Status kesehatan fisik secara umum.
Sebelum   dilakukan   pembedahan,   penting   dilakukan   pemeriksaan   status   kesehatan secara   umum,   meliputi   identitas   klien,   riwayat   penyakit   seperti   kesehatan   masa   lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. ? Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
·         Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan   protein   yang   cukup   untuk   perbaikan   jaringan.   Kondisi   gizi   buruk   dapat mengakibatkan   pasien   mengalami   berbagai   komplikasi   pasca   operasi   dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak   bisa   menyatu),   demam   dan   penyembuhan   luka   yang   lama.   Pada   kondisi   yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
·         Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance   cairan   perlu   diperhatikan   dalam   kaitannya   dengan   input   dan   output   cairan. Demikaian   juga   kadar   elektrolit   serum   harus   berada   dalam   rentang   normal.   Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal  :   135   -145   mmoll),   kadar   kalium   serum   (normal   :   3,5   -   5   mmoll)   dan   kadar kreatinin serum (0,70-1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi   ginjal. Dimana   ginjal   berfungsi   mengatur   mekanisme   asam   basa   dan   ekskresi metabolit   obat-obatan   anastesi.   Jika   fungsi   ginjal   baik   maka   operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
·         Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan  lambung dan kolon dengan tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan  lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan  sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien  yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
·         Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada  daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi  tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai  menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan  untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan   operasi   pada   daerah   sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,   uretrolithiasis,   operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait   daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan
·         Personal Hygiene 
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang  kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah  yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan  membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak  mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan  memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
·          Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain  untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi  balance cairan.
·         Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting  sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondsi pasca operasi, seperti : nyeri  daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada  pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan  gerak sendi.

A.    Jenis Pembedahan
1)      Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah thoraks kardiovaskuler, bedah neurology, bedah kepala leher, bedah digestif, dll.
2)      Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi:
a.       Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti biopsy, eksploirasi, dan laparatomi
b.      Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari oenyakit, misalnya apendiktomi
c.       Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, misalnya menyambung daerah yang terpisah
d.      Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit
e.       Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk tubuh dalam tubuh, seperti rhinoplasti.

B.     Perawatan Pre-Operasi
      Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu dan kesiapan psikologis. Hal-hal lain yang penting, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat anestesi, seperti antibiotika yang berpotensi dalam istirahat otot, anti koagulan yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi dan dapat menyebabkan hipotensi, diuretic yang brepengaruh pada ketidakseimbangan potassium dan lain-lain. Selain itu, terdapat adanya riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesis seperti gigi palsu.
      Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan operasi adalah radiografi thoraks, kapasitas vital dan fungsi paru dan analisis gas darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektrokardiogram, darah, leukosit, eritrosit, sematokrit, elektrolit dan lain-lain, pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metablisme.
     
RENCANA TINDAKAN :
1.      Pemberian pendidikan kesehatan pra-bedah
            Pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adala hberbagai informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pembedahan yang dilakukan sebelum bedah, ruang pemulihan dan kemungkinan pengoa=batan setelah pembedahan.

2.      Persiapan diet
            Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi.sebab makan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.

3.      Perisapan kulit
            Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorgnasime dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut maka harus dicukur.

4.      Latihan bernafas dan latihna batuk
            Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru, sedangkan batuk dapat menjadi kotraindikasi pada sebab intrakranial, mata, telinga, hidung dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan dan merusak jaringan dan melepaskan jahitan.
Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diafragma, dengan cara seperti dibawah ini:
a.       Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk mengembangkan thoraks
b.      Tempatkan tangan di atas perut
c.       Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung
d.      Tahan nafas 3 detik
e.       Keluarkan nafas dengan mulut dimoncongkan
f.       Tarik nafas dan keluarkan kembli, lakukan hal yang sama hingga 3 kali setelah nafas terkahir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g.      Istirahat

5.      Latihan kaki
            Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak trombhophlebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, letihan mengencangkan glutea. Latihan memompakan otot dapat dilakukan dengna mnegontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulanig hingga 10 kali. Latihan quardrisep dapat dilakukan dengan cara bengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, menangkat tumit, melipat lutut pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali.
Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali.

6.      Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitas, merangsang peristaltic usus serta mengurangi adanya nyeri, melalui latihan mobilitas pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan menggeser pasien ke tempat sisi tempat tidur, melatih duduk diawali duduk fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung disisi tempat tidur.

7.      Pencegahan Cedera
            Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a.       Cek identitas pasien
b.      Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang dan lain-lain
c.       Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
d.      Lepaskan kontak lensa
e.       Lepaskan protesis
f.       Alat bantu pendengaran dapat digunkan jika pasien tidak dapat mendengar
g.      Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
h.      Gunakan kaos kaki anti emboli bila pasien beresiko terjadi tromboemboli.

DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Komentar