A. TEORI
ELA JOY LEHRMAN DAN MORTEN (AMERIKA SERIKAT)
Teori Ela Joy Lehrman yang melihat
semakin meluasnya tugas yang dibebankan pada bidan yang harus dilakukan dengan
penuh tanggung jawab. Dengan demikian, Lehrman menginginkan agar bidan dapat
melihat semua aspek praktek memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan
pertolongan pada persalinan.
Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan
antenatal menunjukan perbedaan antara prosedur administrasi yang dibebankan
dengan manfaat antenatal dan jenis pelayanan yang dialami seorang wanita di
klinik kebidanan karena berhubungan antara identifikasi faktor resiko dan
keefektifan dari antenatal care terhadap hasil yang diinginkan belum terpenuhi.
Lehrman dan koleganya ingin menjelaskan
perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan keseorangan bidan untuk
mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek.
Teori ini mengharapkan bidan dapat
melihat semua aspek dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dan ibu bersalin,
Lehrman dan Morten mengemukakan delapan konsep penting dalam pelayanan
antenatal, yaitu :
1.
Asuhan yang
Berkesinambungan
Asuhan berkesinambungan adalah asuhan pelayanan kebidanan
terfokus pada ibu dan anak balita. Ibu menjadi pusat asuhan kebidanan dalam
arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan
berkesinambungan diberikan seorang bidan terhadap ibu secara terus-menerus mulai dari masa pra
konsepsi, masa kehamilan, melahirkan, menyusui, nifas, serta asuhan kebidanan
pada bayi, balita, remaja, dan wanita usia subur serta memberikan pelayanan
kepada keluarga berencana.
Asuhan berkesinambungan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Selain itu, keluarga juga merupakan unit
sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.
Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara
ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses
pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada
siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
Contoh
kasus
Ny.
A dan Tn. A baru saja menikah dan beberapa bulan kemudian istrinya hamil anak
pertama. Dari awal kehamilan, calon keluarga kecil selalu mengontrolkan
kandungan untuk memastikan janin tetap sehat. Mereka mengontrolkan pada Bidan A
dan pada proses persalinan dibantu oleh bidan A hingga masa nifas, menyusui
tetap dikontrolkan.
2.
Pendidikan dan
Konseling Merupakan Bagian dari Asuhan
Pendidikan dan konseling merupakan salah
satu fungsi dan peran yang dimiliki oleh bidan
untuk memberikan bimbingan atau penyuluhan yang baik dan benar. Menurunkan
AKI dan AKB sehingga derajat kesehatan bangsa kitsa dapat meningkat menjadi
lebih baik.
Bidan dapat melibatkan klien dalam
pengkajian, evaluasi, dan perencanaan pasien. Klien ikut bertanggung jawab atau
ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik, misalnya
palpasi pada tempat tertentu atau ikut mendengar denyut jantung.
Contoh
kasus :
Bidan
B melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil di sebuah desa. Penyuluhan tersebut
membahas tentang mencegah AKI dan AKB di Indonesia yang semakin tinggi disetiap
tahunnya. Dengan penyuluhan tersebut, ibu-ibu hamil mendapat informasi mengenai
kewajiban seorang ibu untuk memberikan kasih sayang kepada calon bayi atau bayi
yang akan bertumbuh kembang menjadi dewasa. Dalam penyuluhan tersebut, bidan
memberikan kesempatan kepada ibu-ibu hamil untuk menyampaikan keluhannya selama
hamil, dengan begitu, ibu-ibu hamil mendapat informasi yang jelas mengenai masa
kehamilannya.
3.
Tidak Ada Intervensi
dalam Asuhan
Dalam menjalankan asuhan kebidanan, bidan
diharapkan mampu memberikan pelayanan yang membuat klien nyaman, aman, dan
tidak mengintervensi atau dalam artian
memberikan ancaman atau menakut-nakuti klien untuk memaksa menjalankan
suatu asuhan yang diinginkan oleh bidan. Bidan harusnya membiarkan klien
melakukan penentuan sendiri.
Contoh
kasus :
Bidan
C menawarkan untuk melakukan pemeriksaan USG pada Ny. C, Bidan C menawarkan hal
tersebut yang merupakan keputusan yang diambil Ny. C. Apabila Ny. C tidak
setuju dilakukan pemeriksaan USG, maka hal tersebut adalah keputusan Ny. C yang
tidak bisa dipaksakan oleh bidan C.
4.
Fleksibitas dalam
Asuhan
Bidan diharapkan mampu memberikan asuhan yang luwes dan tidak
kaku serta dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Contoh kasus :
Untuk ibu yang sedang
mengalami perdarahan pasca persalinan, bidan akan memutuskan apakah langkah
terbaik untuk pengobatannya, yaitu memberikan oxytocin, atau melakukan kompresi
bimanual. Keputusannya akan didasarkan pada jumlah perdarahan, obat-obat yang
tersedia, keberhasilan pengobatan terdahulu yang menggunakan cara yang sama
serta informasi-informasi lainnya. Bidan akan mempertimbangkan konsekuensinya yang positif, yang bisa timbul
dari masing-masing alternatif pengobatan.
5.
Keterlibatan dalam
Asuhan
Keterlibatan dalam asuhan sebagai bidan yaitu memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya
dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua yang
baik bagi anak-anaknya.
Dalam hal ini bidan diharapkan dapat melibatkan partisipasi
dari keluarga klien untuk ikut serta dalam membantu bidan menyukseskan
asuhannya.
Contoh kasus :
Karena Ny. Z belum bisa
memandikan seindiri bayinya, maka bidan Z mengarahkan Ibu dari Ny. Z untuk
memandikan bayi dengan benar agar Bidan Z tidak melakukan hal tersebut secara
terus-menerus dan Ny. Z atau pihak keluarga menjadi tau cara memandikan bayi
dengan benar.
6.
Advokasi dari Klien
Advokasi pada klien yaitu hubungan antara bidan dengan pasien
yang baik karena kepekaan. Kepeduliaan dan perhatian bidan terhadap pasien yang
memungkinkan bidan dapat memberikan penjelasan semua informasi tindakan yang
diperlukan pasien dengan teratur.
Bidan harusnya bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
kepada klien, dengan memberikan advokasi kepada klien sehingga ibu dan keluarga
dapat merasa aman.
Contoh kasus :
Ny. L merupakan salah
satu warga desa yang sedang hamil. Saat ini Ny. L sedang mengandung anak ke-2
dari pernikahannya dengan Tn. L. Ny. L rutin memeriksakan kehamilannya di Bidan
L, bidan desa setempat. Ny. L juga mengikuti anjuran Bidan L untuk mengonsumsi suplemen-suplemen yang
diberikan dengan rutin. Akan tetapi, Ny. L ternyata mengkonsumsi suplemen yang
diberikan dengan air teh, termasuk mengkonsumsi tablet zat besi, karena ia
tidak bisa mengkonsumsi obat atau suplemen selain dengan air teh. Kebiasan Ny.
L baru diketahui bidan L setelah kehamilan Ny. L memasuki usia kehamilan
pertengahan trimester II. Advokasi Bidan L mengenai hal tersebut meliputi :
memberi informasi kepada Ny. L mengenai fungsi dari suplemen-suplemen yang
diberikan yaitu untuk kesehatan ibu dan janin yang dikandung, menjelaskan cara
minum suplemen zat besi yang benar kepada Ny. L yaitu misalnya dengan air
putih, bukan dengan air teh karena kopi, teh, dan susu yang dapat mengganggu
penyerapan zat besi tubuh serta menjelaskan efek samping dari hal tersebut,
menganjurkan Ny. L untuk mengkonsumsi suplemen-suplemen dengan waktu yang tidak
berdekatan dengan minum teh, kopi, atau susu, kira-kira berselang waktu 2 jam
sebelum dan sesudah mengkonsumsi suplemen.
7.
Waktu
Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan diharapkan dapat
memberikan asuhan sewaktu-waktu klien membutuhkan serta asuhan tersebut bersifat
berkesinambungan, dimulai dari masa kehamilan sampai masa nifas.
Contoh
kasus : Ny. A Usia 25 tahun Umur Kehamilan 12 Minggu dengan Kehamilan Normal
pada Trimester Pertama merencanakan prosedur di masa kehamilan, melahirkan,
menyusui, nifas, serta asuhan kebidanan pada bayi, balita, remaja, dan
pelayanan keluarga berencana bersama Bidan A. Ny. A selalu mengontrolkan
kehamilannya pada Bidan A dan Bidan A selalu menerima kedatangan Ny. A untuk
melakukan pemeriksaan.
Morten mengidentifikasi
3 komponen dalam teori Lehrman :
1)
Tekhnik Terapeutik
Tekhnik terapuetik
dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. P roses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan, dan diukur dengan indikator :
·
Mendengar aktif
·
Mengkaji
·
Klasifikasi
·
Humor
·
Sikap yang tidak
menuduh
·
Pengakuan
·
Fasilitasi
·
Pemberian izin
Contoh kasus :
Ny. X memeriksakan
kehamilannya pada Bidan X, dengan semua keluhan yang disampaikan Ny. X, Bidan X
menyimpulkan keluhan tersebut dengan memberikan masukan-masukan yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh Ny. X. Bidan X mendata apa saja yang
disampaikan oleh Ny. X, sebelum mendata, Bidan X meminta izin untuk melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan tertentu pada Ny. X. Ny. X bersedia untuk di periksa.
Bidan X mendapat kesimpulan bahwa Ny. X dalam keadaan baik-baik saja.
2)
Pemberdayaan
(empowermant)
Pemberdayaan adalah suatu
proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya
akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengkoreksi, memvalidasi, menilai dan
memberi dukungan.
Contoh kasus : Seorang
bidan memberikan penjelasan mengenai antenatal kebutuhan pasien ia meyakinkan
pasien dengan bukti yang nyata. misalnya melakukan tes golongan darah dan lain
sebagainya.
3)
Hubungan Sesama
(lateral relationship)
Bidan menjalin hubungan
yang baik dengan klien, bersikap terbuka (self of opennes), saling menghargai
(mutual regard), sejalan dengan klien atau persamaan posisi, sehingga mendorong
rasa kebersamaan antara bidan dan klien. Misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman.
Contoh kasus : Ny. Y memeriksakan kehamilannya pada Bidan Y
yang sudah 3 kali berpengalaman bersalin. Ny. Y menyampaikan keluhan-keluhan
nya selama ia hamil. Bidan Y memberikan nasehat-nasehat yang sesuai dengan
kebutuhan Ny. Y. Bidan Y menceritakan masa kehamilannya dahulu pada Ny. Y
dengan keluhan yang sama. Dalam menangani keluhan tersebut, Bidan Y memberikan
masukan kepada Ny. Y sesuai dengan pengalaman yang ia alami dahulu. Bidan Y memberi
dorongan pada Ny. Y untuk lebih terbiasa menangani keluhan-keluhan tersebut
agar keluhan tersebut menjadi hal yang biasa yang tidak membuat cemas.
8.
Keluarga sebagai pusat
asuhan
Dalam paradigma asuhan kebidanan keluarga merupakan lingkungan
psikososial, dimana keluarga dapat menunjang kehidupan sehari-hari dan
memberikan dukungan emosional kepada seorang ibu sepanjang siklus hidupnya yang
tentunya akan mempengaruhi keadaan kehamilannya terhadap seorang ibu hamil dan
janinnya. Keluarga sebagai pusat asuhan kebidanan diberikan oleh bidan yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan dalam
rangka mencapai keluarga kecil yang sehat, bahagia, dan sejahtera.
Contoh
kasus : Bidan S menangani persalinan pasiennya yang bernama Ny. S, disaat
persalinan tersebut, Ny. S terlihat susah untuk mengejen karena faktor usia
yang membuatnya mudah lelah. Disaat itu, bidan meminta salah satu anggota
keluarga untuk mendampingi Ny. S ketika bersalin. Anggota keluarga yang
bersedia adalah suaminya. Pada saat itu, suaminya terus memberikan semangat
dengan bahasanya yang membuat ibu lebih bersemangat untuk mengejen. Suaminya
pun memberikan dukungan kepada Ny. S bahwa Ny. S pasti bisa melewati masa sulit
tersebut. Dengan begitu, Ny. S menjadi lebih terdorong untuk memperlancar
jalannya kelahiran bayi.
B. TEORI
ERNESTINE WIEDENBACH
Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di
bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan
menjadi nurse-midwife pada tahun 1946.
Ernestine Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif
(dari khusus ke umum) berdasar pengalamannya dan observasinya dalam praktek.
Menurut
teori Ernestine Wiedenbach, konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1.
The Agents
Meliputi, perawat, bidan atau tenaga yang
lain. Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang
segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk
persiapan menjadi orang tua.
Contoh
kasus : Bidan R memberikan konseling kepada wanita yang baru saja menjadi
seorang ibu setelah proses persalinan yang dialaminya berjalan dengan lancar.
Bidan R memberikan informasi mengenai apa saja yang harus atau perlu di lakukan
selama merawat bayinya. Bidan R juga memberikan informasi mengenai apa saja
yang dibutuhkan bayi selama masa perkembangannya agar tumbuh menjadi anak yang
cerdas atau menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua.
Empat elemen dalam
“clinical nursing” yaitu :
a.
Filosofi, cara yang
ditempuh seorang bidan dalam memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka
mempengaruhi mereka.
b.
Tujuan, sasaran dimana
bidan bermaksud mencapai akhir dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas
dimaksudkan untuk mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
c.
Praktek, tindakan dimana
bidan melaksanakan sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan pasien.
d.
Seni atau Keterampilan,
kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu intuisi
dalam hubungan dengan aktifitas mereka.
Selain
itu, Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial yang dihubungkan dengan
filosofi keperawatan, yaitu :
a.
Menghargai atas
kehidupan yang telah diberikan
b.
Menghargai sebuah
kehormatan, sesuatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c.
Resolusi dalam
menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
Filosofi ulang yang
dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan persiapan menjadi orang
tua.
2.
The Recipient
Perawat atau bidan memberikan intervensi kepada individu
disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing. Recipient meliputi
wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak
mampu memenuhi kebutuhannya.
Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan
atau perawat memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
sendiri.
Contoh kasus :
Bidan L memberikan
informasi mengenai cara memandikan bayi dengan benar, cara memberikan ASI pada
bayi dengan benar, cara memberikan pola tidur dan menidurkan bayi dengan benar
pada Ny. L beberapa hari setelah bersalin. Hal tersebut bertujuan agar ibu dapat
melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan bidan secara terus menerus.
3.
The Goal atau Purpose
Tujuan asuhan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan.
Disadari bahwa
kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila
sudah menemukan kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang
berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis.
Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan mata,
telinga, tangan, serta pikirannya.
Contoh kasus :
Bidan
U
melakukan tindakan atau intervensi hanya
pada saat Ny. U mendapat kendala yang menyebabkan
Ny.
U tidak dapat memenuhi kebutuhan
secara memuaskan.
4.
The Means
Untuk mencapai tujuan
dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap, yaitu :
a.
Identifikasi kebutuhan
klien, memerlukan keterampilan dan ide. Misalnya, sebelum menentukan tindakan
atau intervensi, seorang bidan harus melakukan pengumpulan data yang berupa
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat pernikahan klien.
Contoh kasus :
Bidan melakukan
pendataan pada seorang ibu hamil 6 bulan yang mengalami keluhan tidak adanya
dorongan-dorongan (tendangan-tendangan) yang dilakukan bayi didalam kandungan. Pendataan tersebut meliputi riwayat
kesehatan, riwayat kehmilan, riwayat persalinan, riwayat pernikahan. Pendataan
tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi dapat terpenuhi dan
identifikasi menjadi lebih rinci.
b.
Ministration, yaitu
memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan
memberikan asuhan dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat
pada klien.
Contoh kasus :
Seorang klien ingin
melakukan KB. Maka seorang bidan dapat memberikan obat serta penanganan yang
tepat.
c.
Validation, mengecek
apakah bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan. Bahwa setiap
bidan mendampingi klien post maupun pasca kehamilan.
Contoh kasus :
Ada seorang ibu pasca
melahirkan, jika ibu belum sanggup melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan
wajib mendampingi ibu sesuai kebutuhannya, seperti membantu personal hyginenya.
d.
Coordination, koordinasi
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Seorang bidan
membangun komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan
yang sesuai untuk klien.
Contoh kasus :
Seorang Bidan meminta
seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui
oleh ibu. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui posisi kepala rahim
karena, bidan kesulitan untuk menemukan posisi tersebut. Pasien pun sangat
memerlukan informasi USG tersebut demi kelancaran proses persalinan yang akan
dihadapinya nanti.
Untuk
bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai :
a.
Pengetahuan, agar bidan
bisa memahami kebutuhan dan kelainan-kelainan pada pasien.
b.
Penilaian, bidan mampu
mengambil keputusan dalam memberikan tindakan kepada klien.
c.
Keterampilan, bidan
memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
5.
Framework
Framework adalah kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-hari bidan
tidaklah bekerja sendiri namun, ia juga memerlukan tenaga kesehatan yang
lainnya atau disebut managemen team.
Contoh kasus :
Seorang bidan desa
melakukan penyuluhan pada ibu-ibu hamil di desa tersebut. Penyuluhan tersebut
dibantu oleh teman-teman bidan yang lain serta ditolong oleh beberapa perawat
yang membantu menyampaikan beberapa hal penting pada ibu-ibu hamil.
Komentar
Posting Komentar