BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum teori dan
konsep adalah hal yang sangat berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam pelayanan kebidanan, teori-teori yang digunakan dalam praktik kebidanan
berasal dari konseptual model kebidanan. Teori atau konsep sejatinya adalah
penjelasan dari suatu kejadian dan fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan
pemikiran yang dalam.
Konsep atau teori adalah
gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau objek yang digunakan oleh
peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial yang menarik perhatiannya.
Konseptual model merupakan
gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu.
Konseptual model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari
disiplin ilmu dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang masing-masing.
Salah satu konsep atau
teori tersebut adalah teori dari Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah
seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia
berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife
pada tahun 1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf
Dickoff dan James tahun 1960 ( Dickoff et al.,1992 a dan b ) ketika ia menjadi
mahasiswa di Yale University School of Nursing. Namun masih banyak
sebagian orang yang belum mengetahui teori tersebut. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan memberikan penjelasan mengenai teori yang dikemukakan oleh
Ernestine Wiedenbach.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
prinsip dasar pemikiran dalam teori Ernestine Wiedenbach?
2. Bagaimana
cara focus dalam teori Ernestine Wiedenbach?
3. Apa tujuan
teori Ernestine Wiedenbach?
C. Tujuan
pembuatan makalah
Didalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang teori Ernestine Wiedenbach.
2. Untuk memahami konsep-konsep model kebidanan menurut teori Ernestin
Wiedenbach.
3. Serta untuk memahami tahap-tahap untuk mencapai tujuan dari asuhan
kebidanan Ernestine Wiedenbach.
D. Manfaat
pembuatan makalah
Diharapkan pembaca,
khususnya calon bidan dapat mengetahui dan mengaplikasikan teori dari Ernestine
Wiedenbach
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Ernestine Wiedenbach
Wiedenbach
adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia
berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada
tahun 1946.
Ernestine
Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif (dari khusus ke umum) berdasar
pengalamannya dan observasinya dalam praktek.
Menurut teori Ernestine Wiedenbach,
konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
1.
The Agents (meliputi perawat, bidan atau
tenaga kesehatan lain)
Filosofi yang
dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi
orang tua.
Contoh kasus :
Bidan R
memberikan konseling kepada wanita yang baru saja menjadi seorang ibu setelah
proses persalinan yang dialaminya berjalan dengan lancar. Bidan R memberikan
informasi mengenai apa saja yang harus atau perlu dilakukan selama merawat
bayinya. Bidan R juga memberikan informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan
bayi selama masa perkembangannya agar tumbuh menjadi anak yang cerdas atau
menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua.
Tenaga kesehatan juga harus memerhatikan 4 elemen dalam
“clinical nursing”. 4 elemen dalam “clinical nursing” tersebut adalah :
a.
Filosofi, cara yang ditempuh seorang
bidan dalam memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka mempengaruhi
mereka.
b.
Tujuan, sasaran dimana bidan bermaksud
mencapai akhir dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas dimaksudkan untuk
mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
c.
Praktek, tindakan dimana bidan
melaksanakan sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan pasien.
d.
Seni atau Keterampilan, kemampuan untuk
memahami kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan
dengan aktifitas mereka.
Selain
itu, Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial yang dihubungkan dengan
filosofi keperawatan, yaitu :
a.
Menghargai atas kehidupan yang telah
diberikan
b.
Menghargai sebuah kehormatan, sesuatu
yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c.
Resolusi dalam menerapkan dinamisasi
terhadap orang lain
Filosofi ulang yang dikemukakan
adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan
kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan persiapan menjadi orang tua.
2.
The Recipient
Perawat atau bidan memberikan
intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan
masing-masing klien.
Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak
mampu memenuhi kebutuhannya.
Wiedenbach sendiri berpandangan
bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya
sendiri, sehingga bidan atau perawat memberi pertolongan hanya apabila individu
tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
Contoh kasus :
Bidan L memberikan informasi
mengenai cara memandikan bayi dengan benar, cara memberikan ASI pada bayi
dengan benar, cara memberikan pola tidur dan menidurkan bayi dengan benar pada
Ny. L beberapa hari setelah bersalin. Hal tersebut bertujuan agar ibu dapat
melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan bidan secara terus menerus.
3.
The Goal or Purpose
Tujuan asuhan adalah membantu orang
yang membutuhkan pertolongan. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu
perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah menemukan kebutuhan ini,
maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah
laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta
pikirannya.
Contoh kasus :
Bidan
U
melakukan tindakan atau intervensi hanya pada saat Ny. U mendapat
kendala yang menyebabkan Ny. U tidak dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan.
4.
The Means
Untuk
mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap,
yaitu :
a.
Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan
keterampilan dan ide dari seorang
bidan.
Misalnya, sebelum menentukan tindakan atau intervensi, seorang bidan harus melakukan
pengumpulan data yang berupa riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat
pernikahan klien.
Contoh kasus :
Bidan melakukan pendataan pada
seorang ibu hamil 6 bulan yang mengalami keluhan tidak adanya dorongan-dorongan
(tendangan-tendangan) yang dilakukan bayi didalam kandungan. Pendataan tersebut
meliputi riwayat kesehatan, riwayat kehmilan, riwayat persalinan, riwayat
pernikahan. Pendataan tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi dapat
terpenuhi dan identifikasi menjadi lebih rinci.
b.
Ministration, yaitu memberikan dukungan
dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan memberikan asuhan
dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat pada kasus yang di alami klien.
Contoh kasus :
Seorang klien ingin melakukan KB.
Maka seorang bidan dapat memberikan obat serta penanganan yang tepat.
c. Validation,
mengecek apakah bantuan yang diberikan oleh bidan merupakan bantuan yang dibutuhkan klien.
Contoh kasus :
Ada seorang ibu pasca melahirkan,
jika ibu belum sanggup melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib
mendampingi ibu sesuai kebutuhannya, seperti membantu personal hyginenya.
d. Coordination,
koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Seorang bidan membangun komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat
mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk klien.
Contoh kasus :
Seorang Bidan meminta seorang ibu
untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui oleh ibu.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui posisi kepala rahim karena, bidan
kesulitan untuk menemukan posisi tersebut. Pasien pun sangat memerlukan
informasi USG tersebut demi kelancaran proses persalinan yang akan dihadapinya
nanti.
Untuk
bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai :
a.
Pengetahuan, artinya agar bidan bisa memahami kebutuhan
dan kelainan-kelainan pada
pasien.
b.
Penilaian, artinya bidan mampu mengambil keputusan
dalam memberikan tindakan kepada klien.
c.
Keterampilan, artinya bidan memiliki keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
5. Framework
Framework
adalah kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan
profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-hari bidan tidaklah bekerja sendiri
namun, ia juga memerlukan tenaga kesehatan yang lainnya atau disebut managemen
team.
Contoh kasus :
Seorang bidan desa melakukan
penyuluhan pada ibu-ibu hamil di desa tersebut. Penyuluhan tersebut dibantu
oleh teman-teman bidan yang lain serta ditolong oleh beberapa perawat yang
membantu menyampaikan beberapa hal penting pada ibu-ibu hamil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori Ernestine Wiedenbach
terdapat 5 konsep (teori) model asuhan kebidanan, yaitu :
1.
The Agent : bidan, perawat, atau tenaga
kesehatan yang lain.
2.
The Recipent : Individu, keluarga,
masyarakat.
3.
The Goal : tujuan dari intervensi.
4.
The Means : metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
5.
Tha Framework : keragka kerja
(organisasi sosial, lingkungan sosial, dan professional).
Serta terdapat 4 tahap
untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, antara lain :
1.
Identifikasi kebutuhan klien.
2.
Validation, mengecek apakah bantuan yang
diberikan merupakan bantuan yang dibutuhkan.
3.
Ministration, yaitu memberi dukungan
pencarian pertolongan yang dibutuhkan.
4.
Coordination, koordinasi sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
B. Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun sebagai manusia kami tidak
lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami
sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar