KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang penerapan ilmu teknologi dalam praktek kebidanan
khususnya penggunaan CTG.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh
karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.
Yogyakarta,
4 April 2016
Kelompok 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat Kardiotokografi (CTG)
atau Fetal Monitor adalah
alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan.
Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin
dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan
janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah
pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan
memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut
jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil
pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan
segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan
persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG
dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.
Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin
berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta
sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis
adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Cardiotocography (CTG) ?
2.
Bagaimana Mekanisme
pengaturan DJJ ?
3.
Apa saja Syarat Pemeriksaan CTG ?
4. Apa
saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG ?
5. Bagaimana
cara kerja CTG ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk
mengetahui dan memahami pengetian Cardiotocography (CTG)
2. Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana Mekanisme pengaturan DJJ
3. Untuk
mengetahui dan memahami apa saja syarat Pemeriksaan CTG
4. Untuk
mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG
5. Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana cara kerja CTG
A. PENGERTIAN CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat
dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan
CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan
janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya
gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Pada saat bersalin
kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan
reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan
terdapat masalah pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non
stress test) dengan memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi
rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak
kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan
tindakan persalinan dengan segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas
pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga
peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang
menyediakannya.Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan
dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya
memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya
masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
Cara pengukuran CTG
hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu
untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan
selama kurang lebih 10-15 menit
v PENGERTIAN
UMUM CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim,
dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin
atau kontraksi rahim.Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil
untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
1) Kehamilan
dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi
kronis, dll)
2) Kehamilan
dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
3) Oligohidramnion
(air ketuban sedikit sekali)
4) Polihidramnion
(air ketuban berlebih)
B. Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)
a. Sistem
Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta
adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi
& curah jantung.
b. Sistem
Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari
batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan
menurunkan kerja jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada
N.Vagus (ex atropin) akan meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.
c. Baroreseptor,
letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada
daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk
menurunkan kerja, frekruensi dan curah jantung
d. Kemoreseptor
yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak
(sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan
otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan
takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan
otak
e. Sistem
Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana
aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
f. Sistem
Hormonal, padakeadaan stress (asfiksia)
maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.
v Karakterisitik
DJJ :
1. Basa
fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan
kontraksi ut.
2. Reactivity,
merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
3. Baseline
Rate
Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm.
Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi
jika djj < 120dpm.
4. Takhikardi
dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Kehamilan
preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu
hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
v Variabilitas
DJJ
suatu gambaran osilasi yang tidak teratur yang tampak pada
rekaman djj, dan merupakan hasil dari interaksi antara saraf simpatis
(kardioakselerator) dengan sistem para (kardiodeselerator). Pada keadaan hipoksia
variabilitas akan menurun sampai menghilang.
Dibedakan atas dua :
variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang dibedakan lagi :
normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang (<2dpm) dan saltatory
(>25dpm).
v Perubahan
Periodik DJJ
suatu perubahan pola djj yang berhubungan dengan kontraksi dan
gerakan janin (akselerasi dan deselerasi).
Indikasi CTG : Hipertensi, DMG, gerak janin kurang, riw.
obstetri jelek, PRM, postterm, oligohidramnion, polihidramnion, gamelli, iugr,
ibu dengan penyakit penyerta, kehamilan dengan anemia.
C. Syarat Pemeriksaan CTG
1. Usia kehamilan mulai 28 minggu
2.
Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
3.
Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui
4.
Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
5.
Sebaiknya dilakukan 2
jam setelah makan.
6.
Waktu pemeriksaan
selama 20 menit,
7.
Selama pemeriksaan
posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
8.
Bila ditemukan kelainan
maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
9. Konsultasi
langsung dengan dokter kandungan
D. Indikator Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan
CTG penting dilakukan pada:
v IBU
1. Pre-eklampsia-eklampsia
2. Ketuban
pecah
3. Diabetes
melitus
4. Kehamilan
40 minggu
5. Vitium
cordis
6. Asthma
bronkhiale
7. Inkompatibilitas
Rhesus atau ABO
8. Infeksi
TORCH
9. Bekas SC
10. Induksi
atau akselerasi persalinan
11. Persalinan
preterm
12. Hipotensi
13. Perdarahan
antepartum
14. Ibu
perokok
15. Berusia
lanjut (>35 tahun)
16. Lain-lain
: sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
17. Untuk
kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.
v JANIN
1.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2.
Gerakan janin berkurang
3.
Suspek lilitan tali pusat
4.
Aritmia, bradikardi, atau
takikardi janin
5.
Hidrops fetalis
6.
Kelainan presentasi, termasuk
pasca versi luar.
7.
Mekoneum dalam cairan ketuban
8.
Riwayat lahir mati
9. Kehamilan
ganda.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap
ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama
dalam keadaan:
a)
Kehamilan dengan komplikasi (darah
tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
b)
Kehamilan dengan berat badan janin
rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c)
Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d)
Polihidramnion (air ketuban berlebih)
E. Cara Kerja CTG
1. PERSIAPAN
PEMERIKSAAN CTG
ü Sebaiknya
dilakukan 2 jam setelah makan.
ü Waktu
pemeriksaan selama 20 menit,
ü Selama
pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
ü Bila
ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan
pertolongan yang sesuai.
ü Konsultasi
langsung dengan dokter kandungan
2.
PROSEDUR
ü Persetujuan
tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan
kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan
oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
ü Kosongkan
kandung kencing.
ü Periksa
kesadaran dan tanda vital ibu.
ü Ibu tidur
terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin,
ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
ü Lakukan
pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
ü Hitung DJJ
selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi
berakhir..
ü Pasang
transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum
maksimum.
ü Setelah
transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel
yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman KTG.
ü Hidupkan
komputer dan Kardiotokograf.
ü Lama
perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
dicapai).
ü Lakukan
dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
ü Matikan
komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
ü Beri tahu
pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
ü Berikan
hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu
membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
ü PARAMEDIK
(BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN.
A. Kesimpulan
Dalam hal Kebidanan alat –
alat elektronik juga menjadi suatu keharusan untuk mendukung pelayanan
kebidanan yang jauh lebih baik .Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu
berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan.Alat – alat elektronik pun
berperan penting dalam membantu selama proses kehamilan dan pelayanan dalam
kebidanan.Dalam menyatakan kecepatan denyut jantung, yang dinyatakan dalam
jumlah denyut per menit (beat per menit – bpm). Heart rate dapat diperoleh dari
EKG. Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut
jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik. Alat
ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, dan aman digunakan
dan bersifat non invasif. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan
untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak
mampu mengeluarkannya sendiri. Ekstraksi vakum merupakan tindakan
obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi
tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Alat Kardiotokografi (CTG) atau
juga disebut Fetal Monitor adalah
alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Dengan
mengenal alat- alat elektronik pelayanan kebidanan agar kita dapat
mengetahui dan menggunakan alat – alat tersebut sebagaimana mestinya.
B. Saran
ü Kepada mahasiswa untuk lebih
mengenal alat-alat elektronik kebidanan beserta fungsi dan cara kerja sehingga
dapat menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya.
ü Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan pelayanan
kebidanan lebih akurat dengan dipermudah dengan alat-alat elektronik kebidanan.
Izin jd referensi ya
BalasHapus