LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN WAWANCARA DAN OBSERVASI LAPANGAN
DI TEMPAT PRAKTEK BIDAN ISTRI YULIANI
MELAKUKAN IDENTIFIKASI KONSEP KEBIDANAN SEBAGAI DASAR
DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Dosen Pengampu : Ian Rossalia Pradita Puteri, SST., M.Kes.
Disusun Oleh: Kelompok 4
Kelas: B12.2
Nama Anggota:
Ardianti (15140082) Irma Atika Puspa (15140100)
Amelia Dwi Septiani (15140101) Agustina Yunida (15140109)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...............................................................................................................i
B. Rumusan
Masalah..........................................................................................................ii
C. Tujuan
dan
Manfaat.......................................................................................................ii
BAB
II ISI
A. Pengertian
kebdanan .....................................................................................................1
B.
Filosofi Kebidanan.........................................................................................................1
·
Pengertian filosofi kebidanan................................................................................................1
·
Tujuan Filosofi Kebidanan...............................................................................................1
·
Prinsip Dasar Filosofi Kebidanan...............................................................................................1
C.
Ruang Lingkup
Asuhan Kebidanan..............................................................................2
·
Upaya Promotif.............................................................................................2
·
UpayaPreventif.............................................................................................2
·
Wewenang Bidan..........................................................................................3
·
Health For All................................................................................................5
BAB
III PEMBAHASAN ....................................................................................................7
BAB
IV PENUTUP ............................................................................................................23
a.
Kesimpulan................................................................................................................23
b.
Saran..........................................................................................................................24
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental,
maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. dalam globalisasi ekonomi kita diberhadapkan pada persaingan
global yang semakin ketat yang menuntut kita untuk menyiapkan manusia Indonesia
yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan
sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. upaya tersebut
haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam
kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia
lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting
dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek pencegahan, promosi, dengan
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-saama dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas
tersebut diperlukan suatu pemahaman mengenai falsafah dan pelayanan kebidanan
untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek
input, proses dan output.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami melakukan pencarian data dan
wawancara mengenai filosofi bidan dan kebidanan pada klinik Bidan Praktik
Mandiri (BPM) yaitu Bidan Istri Yuliani, S.SiT, M.Sc.
B. Tujuan
a.
Aplikasi
lapangan mata kuliah Konsep Kebidanan.
b.
Sebagai
landasan para bidan dalam melakukan tindakan.
c.
Menjamin
pelayanan yang aman yang sesuai falsafah dan filosofi kebidanan.
C.
Manfaat
a.
Agar
mengetahui aplikasi lapangan dari mata kuliah Konsep Kebidanan.
b.
Agar
mengetahui landasan dalam melakukan tindakan.
c.
Agar
mengetahui pelayanan yang aman yang sesuai falsafah dan filosofi kebidanan.
BAB II
ISI
A.
Pengertian Kebidanan
·
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
propesional dan sangat menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan
reproduksi wanita sepanjang daur siklus kehidupannya ( mulai dari konsepsi
sampai lanjut usia )
·
Pengertian bidan menurut ICM
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui dinegaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk di daftar ( register ), dan atau memiliki izin
yang sah ( lisensi ) untuk melakukan praktik bidan.
·
Pengertian bidan menurut IBI
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia, serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi, dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan ( IBI,2006 ).
B.
Filosofi Kebidanan
·
Pengertian filosofi kebidanan
Filosofi kebidanan merupakan pendekatan
berpikir tentang kenyataan yang menjadi objek formal dan objek material dari
ilmu kebidanan. Filosofi kebidanan merupakan keyakinan atau pandangan hidup
bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.
·
Tujuan Filosofi Kebidanan
Memberikan prepsepsi yang sama kepada
bidan mengenai hal-hal penting dan berharga dalam memfasilitasi proses
penanggulangan teori dan praktik.
·
Prinsip Dasar Filosofi Kebidanan
1.
Hubungan antara ibu dan bidan
adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik
2.
Ibu adalah fokus dalam
memberikan asuhan
3.
Memberikan pilihan pada ibu
untuk melahirkan
4.
Menggunakan seluruh
ketrampilan bidan
5.
Asuhan yang berkesinambungan
6.
Asuhan dasar komunitas
7.
Bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan
8.
Memberikan asuhan yang ramah kepada
ibu dan bayinya
C.
Ruang Lingkup
Asuhan Kebidanan
Bidan harus memahami bahwa memberikan asuhan bukan hanya sekedar rutinitas
yang harus dijlankan dalam setiap menjalankan praktik kebidanan. Dalam
aplikasinya, bidan mempunyai tanggung jawab secara moral yang sangat besar dan
mulia dalam membela, menjaga, memelihara, dan mendidik perempuan selama siklus
kehidupannya.
Ruang lingkup asuhan kebidanan merupakan ruang lingkup dimana bidan
melakukan pelayanan kebidanan. Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan adalah
sebagai berikut.
1.
Berfokus kepada
upaya promosi kesehatan dan preventif.
2.
Pertolongan persalinan
normal.
3.
Diteksi dini,
komplikasi pada ibu dan anak.
4.
Melaksanakan
tindakan asuhan sesuai kewenangan atau bantuan apabila diperlukan.
5.
Melaksanakan
tindakan kegawatdaruratan yang dilanjutkan dengan upaya rujukan.
·
Upaya Promotif
Dilakukan bidan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan hal-hal sebagai
berikut.
1.
Penyuluhan
kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat.
2.
Peningkatan
gizi.
3.
Pemeliharaan
kesehatan perseorangan.
4.
Pemeliharaan
kesehatan lingkungan.
5.
Olahraga secara
teratur.
6.
Rekreasi.
7.
Pendidikan seks.
·
Upaya Preventif
Merupakan upaya yang dilakukan bidan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat,
dengan syarat berikut ini.
1.
Imunisasi
terhadap bayi dan anak balita, serta ibu hamil.
2.
Pemeriksaan kesehatan
secara berkala ( balita, bumil, remaja, lansia dan lain-lain ) melalui
posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah.
3.
Posyandu untuk
penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
4.
Pemberian
vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah.
5.
Pemeriksaan dan
pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
6.
Upaya kesehatan masjid
( UKM atau tempat ibadah ).
7.
Pemantauan ABJ,
abatisasi, kaporisasisi sumur.
8.
Deteksi dini
kasus dan faktor resiko ( maternal, balita, penyakit).
· Wewenang
Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Pelayanan
Kesehatan Ibu
Ruang lingkup:
a.
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b.
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c.
Pelayanan persalinan normal
d.
Pelayanan ibu nifas normal
e.
Pelayanan ibu menyusui
f.
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan:
g.
Episiotomi
h.
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
i.
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
j.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
k.
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
l.
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
m.
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum
n.
Penyuluhan dan konseling
o.
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
p.
Pemberian surat keterangan kematian
q.
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pelayanan
kesehatan anak
Ruang lingkup:
a.
Pelayanan bayi baru lahir
b.
Pelayanan bayi
c.
Pelayanan anak balita
d.
Pelayanan anak pra sekolah
Kewenangan:
a.
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin
K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan
tali pusat
b.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
c.
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d.
Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah
f.
Pemberian konseling dan penyuluhan
g.
Pemberian surat
keterangan kelahiran
h.
Pemberian surat keterangan kematian
Pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan:
a.
Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana
b.
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
·
Health For All
Pemberian Asuhan kepada
Wanita, Keluarga, dan Masyarakat
Asuhan
Kebidanan Yang Berkualitas : 5 Benang Merah Asuhan Persalinan
Ada 5 aspek dasar dari kualitas asuhan yang harus dilakukan oleh bidan pada
saat persalinan kala satu, dua, hingga tiga dan empat, termasuk asuhan pada
bayi baru lahir. Karena kelima aspek ini sangat menentukan untuk memastikan
persalinan yang aman bagi ibu dan bayinya. Kelima aspek ini sering disebut
sebagai 5 benang merah. Dalam asuhan kebidanan yang berkualitas, setiap aspek
benang merah ini saling berkaitan satu sama lain pada :
- Asuhan Sayang Ibu
Asuhan Sayang Ibu amat membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan
nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk memahami asuhan sayang ibu
adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri ”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG
SAYA INGIN DAPATKAN?” Bagian dari ini juga merupakan asuhan sayang bayi.
- Pencegahan Infeksi
Dalam memberikan asuhan berkualitas tinggi, bidan harus melindungi terhadap
infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan
kerjanya. Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi
(seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan
pemrosesan disinfeksi alat-alat dan pembuangan sampah yang aman) harus
betul-betul dipatuhi oleh bidan selama penatalaksanaan asuhan kebidanan.
- Pengambilan Keputusan Klinik
Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses
penatalaksanaan kebidanan. Keputusan klinik yang dibuat oleh bidan sangat
menentukan kepastian persalinan yang aman. Dengan menggunakan pendekatan
manajemen proses kebidanan, para bidan dapat mengumpulkan data dengan
sistematis, menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan asuhan
yang dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses
kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
- Pencatatan (Dokumentasi)
Karena bidan menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat
keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini
sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia
tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai
manajemen pasien dan dapat merupakan pertukaran informasi dengan para petugs
kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
- Rujukan
Rujukan pada institusi yang tepat serta tepat waktu dimana asuhan yang
dibutuhkan tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu-ibu
akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi
yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali masalah,
serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah tersebut, lalu
merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu. Ketika merujuk,
bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, kemana dan bagaimana merujuk agar ibu
dan bayi tetap selamat
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Observasi : observasi bidan saat
menerima pasien (senyum, sopan, santun, salam, sapa) atau apabila tidak ada
pasien selama kunjungan dapat dilihat dari bidan saat menerima mahasiswa saat
mengambil data.
Hasil
observasi : Bidan Istri Yuliani teruji bersikap ramah (senyum, sopan, santun,
salam, sapa) terhadap mahasiswa saat mengambil data. Pada saat kami (mahasiswa)
selesai mewawancara dan mengobservasi di kliniknya kami berpamitan kemudian
kami menyalami bu bidan dengan tertib, bu Bidan Istri Yuliani pun menerima
salam dari kami serta mengucapkan terimakasih atas kunnjungan kami dan
menyampaikan pesan kepada kami agar kami pulang dengan hati-hati.
2.
Wawancara : “ ibu boleh cerita kepada
kami mengenai pengalaman ibu bidan sebagai bidan professional saat menghadapi
kepanikan keluarga pasien yang baru pertama kali mengantarkan pasien melahirkan
?”
Bidan istri : “proses melahirkan anak pertama umumnya
memerlukan waktu 12-15 jam dan biasanya kalau multipara itu separuhnya. Biasanya
mengandung anak pertama belum mempunyai pengalaman melahirkan, belum pernah
merasakan kejang sampai berkali-kali. Kalau ibu merasakan kejang sedikit sudah
panik ,nah itu diberikan edukasi konsul persalinan tentang proses persalinan,
yang kedua diberikan cara mengatasi kalau dia merasa sakit, yang ketiga diberi
dukungan biasanya keluarga terlalu membesarkan hal-hal yang sepeleh contohnya
baru pembukaan masih kecil tapi keluarganya memanjakan pasien tersebut, justru
keadaan itu pasien harus diajak menikmati proses persalinan maka dia (pasien)
akan menjadi tenang. pasien akan menjadi panik karena dia belum tau, kalau dia
sudah tau pasti dia tidak akan panik. Biasanya kalau pasien sudah berada
ditempat pelayanan kesehatan dia tidak akan panik karena dia sudah terpantau.
Keluarga juga diberi pengertian agar keluarganya itu memberikan dukungan dan
serta memberikan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu juga diberikan oleh
keluarga kepada pasien seperti menunggu pasien jadi tidak hanya bidan. Bidan
juga memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien agar tidak panik. Bidan
memberikan konseling ketika pasien merasa sakit dengan memberikan cara untuk
mengatasi rasa nyeri itu, karena nyeri itu tidak akan hilang selama dia belum
partus, tetapi kalau dia bisa menerima rasa nyeri itu dengan senang maka dia
akan merasa tenang karena orang melahirkan biasanya mempunyai perasaan macam-macam
(cemas,gelisah).
(ini sesuai dengan aplikasi bidan di ruang lingkup asuhan kebidanan
yaitu, bidan mempunyai tanggung jawab secara moral yang sangat besar dan mulia
dalam membela, menjaga, memelihara, dan mendidik perempuan selama siklus
kehidupannya. Selama dalam asuhan kebidanan pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan, bidan Istri Yuliani selalu mengawasi dan memberikan pendidikan
tentang proses persalinan pertama kali yang belum dikethuin pasien agar pasien
tidak khawatir atau takut dalam mengahadapi proses persalinan tersebut).
Hasil wawancara
di lapangan
Dari hasil
wawancara, dapat digmbarkan Pada saat bidan menangani kepanikan keluarga pasien
yang baru pertama kali mengantarkan pasien melahirkan yaitu dengan memberikan
arahan, diberitahukan dan menenangkan, terutama dari suami pasien itu sendiri.
Lalu baru akan dijelaskan kepada keluarga-keluarga yang lain agar mereka
mengerti dan paham bahwa melahirkan adalah proses alamiah yang di lalui oleh
seorang wanita. Meskipun terkadang bidan Istri mendapat lontaran kata-kata yang
tidak enak tetapi bidan Istri tetap sabar dalam menghadapi situsai seperti itu.
3.
Wawancara : “Bu, besok kalau kami sudah
menjadi bidan, apa tips yang paling pokok supaya kami bisa menjadi seorang
pendamping wanita yang baik dalam hal kesehatan.
Bidan
Istri: menjadi seorang bidan harus pintar
menjalin kepercayaan pasien, melakukan pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan standar profesi, praktek kode etik, selain itu berikan asuhan sayang
ibu dalam proses melahirkan, menjalin komunikasi yang bagus sehingga bisa dekat
dengan pasien dan pasien akan percaya sehingga dia bisa tenang. Wanita jangan
dijadikan obyek tapi jadikan subyek yang artinya dia perlu apa kita berikan.
Tadinya tidak tahu, kita beri tahu. Orang menjadi pendamping wanita tidak hanya
pas bersalin pada masa remaja pun saudara mendampingi, misalnya pemberitahuan
masa remaja, masa hamil, masa melahirkan, masa nifas, masa menyusui itu saudara
sudah mempunyai tugas untuk mendampingi wanita dengan memberikan supaya pasien
bisa menjalankan tugasnya sebagai wanita, sebagai seorang ibu.
Hasil
wawancara di lapangan:
Dari hasil
wawancara, Bidan menyimpulkan bahwa untuk menjadi pendamping, seorang bidan
harus menjalin
kepercayaan pasien, melakukan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan standar
profesi, praktek kode etik, selain itu berikan asuhan sayang ibu dalam proses
melahirkan, menjalin komunikasi yang bagus sehingga bisa dekat dengan pasien
dan pasien akan percaya sehingga dia bisa tenang, bidan Istri juga memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan pasien.
4.
Wawancara :”bu, bagaimana cara supaya
kami besok ketika sudah menjadi bidan dapat mendukung peran orang tua?”
Bidan
Istri:”dengan memberikan konseling memberitahu bahwa seorang wanita mencapai
perannya melalui tahapan-tahapan. Mulai dari mencari tahu, menirukan, mengadopsi
peran-peran yang mereka inginkan, akhirnya dia akan melaksanakan. Seorang bidan
bisa mendampingi wanita sesuai dengan
disaat-saat pasien membutuhkan, misalnya pada pasien T1 belum tahu apa ya kita
berikan, kadangkala dia asih merasa mual-mual ,mudah muntah, pusing dsb.
Biasanya dia perlu perhatian khusus ya saudara sampaikan kebutuhannya apa,
seperti apa, bagaiman cara mengatasinya, ketidaknyamanan-ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh si ibu itu saudara bantu untuk mengatasinya. Nanti lama-lama dia
akan mencapai perannya.
Hasil
wawancara di lapangan:
Dari hasil
wawancara terhadap Ibu Bidan Istri Yuliani, beliau menyatakan bahwa seorang
bidan juga bertanggung jawab dalam mendukung peran orang tua. Bidan Istri juga
menyampaikan bahwa salah satu cara untuk mendukung peran orang tua yaitu
melalui edukasi. Misalnya, pada ibu yang baru pertama kali melahirkan,
maka ibu tersebut wajib dikasih tahu
mengenai pola asuh terhadap bayi agar bayi tetap terjaga kesehatannya.
Di dalam
menjalankan perannya, bidan memiliki keyakinan yang di jadikan panduan dalam
memberikan asuhan. Bidan juga harus mampu memberikan keyakinan kepada seorang
ibu agar dapat menjalankan perannya sebagai ibu yang baik bagi bayinya. Bidan
juga harus mampu menyarankan hal-hal yang baik yang dapat digunakan oleh ibu
dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu nantinya. Peran orang tua sangat
penting untuk pertumbuhan bayi karena pertumbuhan bayi juga tergantung dari
bagaimana sudut pandang seorang ibu dalam menjalankan perannya.
5.
Observasi : Mengobservasi adanya poster
di sekitar tempat praktik tersebut.
Hasil
observasi : setiap ruangan yang kami observasi terdapat banyak poster di tempat
praktik ibu bidan Istri Yuliani, di depan kliniknya saja sudah terdapat banyak
poster mengenai kesehatan reproduksi, KB, asuhan bayi dan balita dan
sebagainya.
Hasil
Observasi : terdapat banyak sekali poster pencegahan penyakit di sekeliling
ruang praktik. Ini sesuai upaya preventif yang dilakukan oleh seorang bidan.
6.
Wawancara :”bu, untuk contoh pendidikan kesehatan
ke pasien itu seperti apa yang sering ibu berikan ke pasien?”
Bidan
Istri:”tergantung dengan kebutuhan pasien. Setiap orang itu mempunya keluhan
masing-masing. Misalnya, ketidaknyamanan dengan masa kehamilan baik itu T1, T2
atau T3. Terus kalau dia tidak tau pola hidup orang hamil yang bagaimana, dia
harus istirahatnya, pendidikan kesehatan tentang seks pada ibu hamil termasuk
itu juga. Karena orang tidak tahu sehingga dia harus diberi tahu tentang
itu,terus kapan dia harus periksa kehamilan, terus cara dia berpakaian,
biasanya 4 bulan masih pakai pakaian ketat biasanya hamil muda masih menggaya.
Seperti itu saudara harus beritahukan bagaimana. Fungsinya apa sih pakaian yang
nyaman dan longgar. Ya kalau dia tidak tahu cara memasak gizi bagaimana cara
memelihara kesehatan lingkungan, bagimana hewan-hewan peliharaan yang ada di
rumah biar tidak mengganggu kesehatan si ibu atau keluarga juga dan seperti
pada tanda bahaya pada ibu kalau ibu ada masalah nanti ibu cepat mendapat
pertolongan karena AKI di Indonesia paling tinggi se Negara Asia, nah itu tugas
berat saudara menjadi bidan.”
Hasil
wawancara di lapangan:
Bidan
Istri memberikan konseling berupa pendidikan kesehatan yang tergantung dengan
kebutuhan pasien. Misalnya, cara memasak gizi, memelihara kesehatan
llingkungan, tanda bahaya pada ibu
hamil. Hal ini dilakukan oleh seorang bidan dalam rangka berpartisipasi
dalam AKI di Indonesia.
7.
Observasi : Mengobservasi di sekeliling
ruang praktik apakah ada poster tentang pencegahan penyakit.
Hasil
Observasi : terdapat banyak sekali poster pencegahan penyakit di sekeliling
ruang praktik.
8.
Wawancara :”ibu, kasus-kasus yang
seperti apa yang pernah ibu konsultasikan ke tenaga kesehatan lain?”
Bidan
Istri :” kalau ibu hamil dengan letak (lingkar tangan <23,5 ,berat badan
tidak mencapai 40kg) maka kita konsultasikan kepada petugas gizi.
Hasil
wawancara di lapangan:
Kasus yang
pernah dikonsultasi antara lain yaitu kasus kepada ibu, kepada anak, dan
pelayanan keluarga. Kasus-kasus tersebut yang sudah sesuai dengan kewenangan
bidan, memberikan pelayanan dalam batas normal. Contohnya, pada kasus ibu
hamil dengan letak (lingkar tangan <23,5 ,berat badan tidak mencapai 40kg)
maka kita konsultasikan kepada petugas gizi. Ini sesuai dengan standart profesi
dan wewenang seorang bidan.
9.
Wawancara :”ibu, boleh berbagi
pengalaman kasus yang pernah ibu kolaborasikan dengan tenaga kesehatan yang
lain?”
Bidan
Istri :”kelainan letak kita kolaborasikan dengan dokter dan pasien memerlukan
pemeriksaan lengkan seperti hb, protein, tapi misalkan golongan darah di bidan
kan tidak ada maka kita kolaborasikan dengan petugas laborat. Jadi kita
berkerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya yang lebih kompeten sesuai dengan
kebutuhannya.”
Hasil
wawancara di lapangan:
Pasien diberikan konseling bahwa
kondisi itu memrlukan penanganan yang lebih lanjut. Dan bidan perlu mengacu
pada BAKSOKUDA dan sesuai dengan ketentuan dalam mengambil tindakan, misalnya
pada penanganan ibu melahirkan dengan resiko tinggi yang memerlukan tindakan
kolaborasi. Contohnya pada kasus kelainan letak kita
kolaborasikan dengan dokter dan pasien memerlukan pemeriksaan lengkan seperti
hb, protein, tapi misalkan golongan darah di bidan tidak ada maka dapat
dikolaborasikan dengan petugas laborat.
10.
Wawancara : ”bu, bagimana pengalaman ibu
saat menghadapi kasus gawat darurat ?”
Bidan
Istri :”kalau ada kasus gawat darurat tinggal kita lihat gawat daruratnya karna
apa. Gawat darurat kebanyakan karna pendarahan. Selama ini saya tidak pernah
dapat pasien dengan kejang, tapi yang sering terjadi dengan pasien pendarahan.
Kalau pendarahan pasang infus 2 jalur kanan kiri, kemudian cari penyebabnya
kalau penyebabnya autonea uteri kita harus kompres bimanual. Tapi kalau
pendarahan karena robekan jalan lahir bagian dalam missal nya itu kan tidak
boleh di jahid dirumah. Saya pernah dapat robekan istilah nya robekan forsio
nah itu nanti yang robek kita jepit lalu kita rujuk ruma sakit langsung dalam
perjalalanan darah tidak mengalir. Sehingga di ruma sakit di jahit. Tapi kalo
penyebab nya auto una uteri/uterus yang tidak mau berkontraksi itu sambil di
lakukan KBI kita lakukan rujukan sambil di pasang oksigen dalam perjalanan.
Hasil
wawancara di lapangan :
Selama
praktek, Bidan Istri belum pernah menangani kasus gawat darurat kejang tetapi
pernah menangani robekan porsio dalam menanganinya hal
yang pertama kali dilakukan bidan Istri yaitu menjepit robekan kemudian merujuk
ke rumah sakit (fasilitas) agar darah selama perjalanan tidak mengalir. Hal ini
sesuai dengan kewenangan bidan dan standar profesi bidan yaitu, standar
pelayanan kebidanan dan kode etik profesi. Standar pelayanan kebidanan yang
dilakukan dilakukan oleh bidan istri yaitu menyadari batasan-batasan
asuhan/pelayanan yang masih boleh di ampu olehnya seperti pada kasus rujukan
tersebut. Sedangkan, kode etik profesi bidan yang dilakukan bidan Istri yaitu
beliau tidak mengambil tindakan yang bukan merupakan kode etik profesinya
sebagai bidan.
11.
Observasi : Mengobservasi adanya rekam
medik (status pasien/buku register), Surat Ijin Praktik Bidan.
Hasil
observasi di lapangan:
Terdapat
rekam medik yang di letakkan pada klinik bagian depan (teras) yang tersusun
rapi sesuai tahun dari tahun 1990 – 2015). status pasien, buku register dan ada
surat ijin praktek bidan yang terletak di ruang tunggu pasien..
Ini sesuai
dengan prinsip dasar filosofi kebidanan, yaitu Bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan.
12.
Wawancara: “bu, apakah ibu di bantu oleh
bidan yang lain ? Ada berapa bu?”
Bidan
Istri: “iya ada 3, 4 dengan saya kalau saya ga ada kan ada bidan saya. Karna
sesusai dengan aturan BPM asisten nya 2. 2 punya izin yang satunya magang, jadi
yang magang berasal dari stikes aisyah dan yang satu dari poltekes.
Hasil
observasi di lapangan : Di tempat praktik bidan istri mempunyai 3 bidan pembantu
(2 asisten dan 1 bidan magang). Hal ini sesuai dengan aturan kemenkes 1464
mengenai jumlah asisten seorang bidan.
13.
Observasi : Mengobservasi kerapian bidan
(penampilan) dan saat bidan berkomunikasi dengan orang lain (sopan santun,
keramahan, tata krama).
Hasil
observasi : Bidan Istri Yuliani teruji berpenampilan yang baik, sopan dan
santun kepada kami disaat kami mewawancarai dan mengobservasi beliau, saat
berkomunikasi dengan kami bidan Istri Yuliani berbahasa yang santun dan ramah
serta bertata krama.
Hasil
observasi di lapangan:
Bidan
Istri dalam menerima mahasiswa saat mengisisi data di tempat prakteknya
menjalankan karakteristik bidan yaitu ramah dan tamah (senyum, sapa, santun
salam, sopan). Dan disaat berkomunikasi dengan kami beliau menggunakan bahasa
yang santun dan mudah dimengerti. Hal ini sesuai dengan karakteristik seorang
bidan.
14.
Wawancara: “ Bu, bagaiman dengan jenjang
pendidikan yang ibu tempuh?”
Bidan
Istri: “SD daerah Kulon Progo (1972), SMP (1976), Perawat (1979), Bidan
DI(1981) ,D3( 2003 ), D4 ( 2005 ) S2 ( 2011 )UGM, sekarang lagi proses S3 di
UNS”.
Hasil
observasi di lapangan :
Pendidikan
dan pengalaman berkerja bidan Istri sesuai dengan standar pendidikan dan
standar profesi bidan, sebelumnya seorang bidan ditingkat SPK sudah boleh
berkerja sebagai bidan, namun sekarang seorang bidan harus menyelesaikan
terlebih dahulu pendidikan D3 kebidanan untuk bisa berkerja sebagai bidan.
15.
Wawancara: “Sebelum kerja disini, ibu
dulu pernah bekerja dimana bu ? “
Bidan
Istri: “Saya pernah di RSB ( 1981-1882 Panti Waluyo Purworejo ), ( 19982-1990 )
Bidan di RS Panti Rapih, ( 1990-2002 ) puskesmas Pakem Sleman PNS keluarga
riang swasta, ( 2002-2007 ) diPuskesmas Ngemplak 2 Sleman. ( 2007-2010 ) di
dinas kesehatan kabupaten Sleman. (2010 - Sekarang ) mundur dari PNS bekerja di
Respati. Sebenanrya di Respati dari 2005 begitu lulus D4 saya mulai mengajar di
luar jam kerja PNS saya di Respati.”
16. Wawancara: “pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dilayani disini bu ?”
16. Wawancara: “pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dilayani disini bu ?”
Bidan
istri : “ya sesuai kewenangan bidan.
Sesuai yang ada di Permenkes 1464. Pelayanan ibu hamil normal, persalinan
normal, bayi baru lahir normal, termasuk imunisasi, deteksi dini tumbuh
kembang, deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang, pelayanan kesehatan
reproduksi dari remaja sampai lanjut usia, pelayanan KB, penanganan kegawat
daruratan kebidanan. Seperti itu, yang legal-legal saja”
Hasil
wawancara di lapangan :
Di
tempat praktek Bidan Istri Yuliani, pelayanan yang diberikanyaitu pelayanan
yang sesuai dengan aturan kemenkes 1464/2010, diantaranya Pelayanan ibu hamil
normal, persalinan normal, bayi baru lahir normal, termasuk imunisasi, deteksi
dini tumbuh kembang, deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang, pelayanan
kesehatan reproduksi dari remaja sampai lanjut usia, pelayanan KB, penanganan
kegawat daruratan kebidanan.
17. Observasi
: Mengobservasi cuci tangan efektif pra dan pasca tindakan.
Hasil observasi : Karena saat kunjungan
belum ada pasien yang berobat, maka kami mengobserasinya disaat beliau mencuci
tangan sebelum mengambil peralatan. Bidan Istri Yuliani mencuci tangan dengan
efektif dan benar disaat beliau mencuci tangan sebelum memegang peralatan.
Hasil
observasi dan wawancara :
Karena
saat kunjungan belum ada pasien yang berobat, maka kami mengobserasinya disaat
beliau mencuci tangan sebelum mengambil peralatan. Bidan Istri Yuliani mencuci
tangan dengan efektif dan benar disaat beliau mencuci tangan sebelum memegang
peralatan, hal ini sesuai dengan upaya preventif yang dilakukan oleh seorang
bidan.
18. Wawancara:
“ bu, untuk sistem sterilisasi di tempat ini bagaimana ya bu ?”
Bidan
Istri : “saya kadang kala menggunakan DTT dan menggunakan alat listrik elektra
di open.”
Hasil
wawancara di lapangan :
Dalam
sterilitas, bidan Istri menggunakan DTT untuk mensterilisasikan peralatan yang
telah/belum digunakan. Bidan Istri memenuhi Prinsip Dasar Filosofi Kebidanan
yaitu, menggunakan seluruh keterampilan.
19. Wawancara:
“bagaimana pengelolaan sampah medis dan non medisnya?”
Bidan Istri : “kalau sampah medis dan
non medisseperti sampah-sampah keing ya kita buang di tempat sampah, yang tidak
membahayakan lo ya misalnya plastik dan lain sebagainya. Kalau basah bawah
basah seperti itu sudah kita kubur, seperti spuit bekas saya kumpulkan nanti di
ingerinator di puskesmas untuk di sterilisasi. 1 kg nya bayar 10 ribu.”
Hasil
wawancara di lapangan :
Bidan Istri
dalam menangani pengelolaan sampah medis dan non medis sudah memnuhi upaya
promotif yaitu kesehatan lingkungan dan kebersihan lingkungan praktik.
20. Observasi
: Mengobservasi kebersihan lingkungan setempat
Hasil observasi : kebersihan lingkungan
tempat praktik bidan Istri Yuliani terjaga, saat mengobservasi kami tidak
melihat adanya sampah disekitar tempat prakteknya.
21. Observasi
: Mengobservasi adanya surat ijin praktek bidan.
Hasil
observasi di lapangan :
Adanya
SIP Bidan yang diletakkan di ruang tunggu pasien. Ini sesuai Pengertian
bidan menurut ICM, diantara menyampaikan bahwa seorang bidan dan atau memiliki izin
yang sah ( lisensi ) untuk melakukan praktik bidan.
22. Wawancara: “bu, disini pelayanan kesehatan apa
saja yang diberikan pada balita?”
Bidan
Istri : “ada imunisasi, deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang dan
konsultasi kesehatan seperti gizi dan sebagainya, konseling anak balita.”
23. Wawancara: “untuk pelayanan kesehatan pada
remaja yang pernah diberikan di tempat ini seperti apa ya bu contohnya ?”
Bidan Istri : “seperti pendidikan
kesehatan pada remaja seperti saat saat menghadapi haid pertama saat pubertas.
Kalau dia gak diberi tahu ya gak tahu lo kalau softex paling lama diganti
setelah 4 jam hygiene kebersihan la. Tidak hanya itu, terkait juga dengan
kehamilan karena nanti ada kehamilan yang tidak diinginkan ini tentang
pendidikan seks termasuk juga narkoba.”
24. Wawancara: “dalam bentuk apa bu pelayanan
kesehatan bagi wanita hamil yang diberikan disini ?”
Bidan
Istri : “wanita hamil ya pelayanan ANC, layanan yang sesuai standart 10 T
wanita hamil misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, mengukur tinggi
usus uteri, tablet tambah darah, tes laboratorium, kalau perlu rujukan ya kita
rujuk. Kalau perlu kolaborasi ya kita kolaborasi itu
kalau sudah lengkap.”
25. Wawancara: “dalam bentuk apa bu pelayanan
kesehatan bagi wanita melahirkan yang diberikan disini ?”
Bidan Istri : “kalau melahirkan ya
asuhan persalinan normal, ya kalo ada masalah tetap di kolaborasikan, asuhan
nomal mulai dari mengkaji, mendiagnosa, membuat perencanaan, melaksanakan,
mengevaluasi.”
26. Wawancara:
“dalam bentuk apa bu pelayanan kesehatan bagi wanita nifas yang diberikan
disini ?”
Bidan Istri :
27. Wawancara:
“dalam bentuk apa bu pelayanan kesehatan bagi wanita menyusui yang diberikan
disini ?”
Bidan Istri : “
28. Wawancara:
“dalam bentuk apa bu, pelayanan kesehatan bagi wanita lanjut usia yang pernah
diberikan disini “
Bidan Istri : “lanjut usia itu biasanya
termasuk kesehatan reproduksi. Karna kalau lansia hypertensi dan sebagainya
bukan kewenangan kita. Kesehatan reproduksi ya tergantung keperluan-keperluan
dia misalnya deteksi dini kanker mulut rahim dengan papsmear atau pipa test
buat ibu yang sudah pernah melakukanhubungan seks. Terus konseling kesehatan
pada lansia termasuk pendidikan kesehatan tentang masa klimakterium, menopause.
(22-28)
Hasil
wawancara di lapangan :
Sesuai dengan aturan kemenkes 1464/2010, bidan bekerja
dalam kemitraan perempuan yang diantaranya kesehatan ibu, kesehatan anak,
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Didalam aturan tersebut
terdapat wewenang bidan dalam memberikan pelayanan.
29. Observasi
: Mengobservasi adanya poster atau leaflet yang terkait (menghadapi kehamilan,
menghadapi persalinan, menyusui, menjadi ortu, kesehatan perempuan, keluarga
berencana). Apabila tidak ada, dapat dintanyakan mengenai contoh promosi
kesehata nyang biasa dilakukan.
Hasil observasi di lapangan :
Terdapat poster yang terkait dengan menghadapi
kehamilan, menghadapi persalinan, menyusui, menjadi orang tua, kesehatan
perempuan, keluarga berencana. Hal ini sesuai dengan upaya preventif, upaya
promotif yang harus dimiliki oleh seorang bidan.
30. Wawancara:
“bu, boleh berbagi pengalaman ketika ibu menghadapi kasus patologis?”
Bidan Istri : “sering, misalnya pada ibu
pecah ketuban dini, misalnya ibu pendarahan, misalnya kelainan letak,
persalinan macet persalinan nya gak maju-maju, ya itu semua termasuk pathologis
kita tangani sesuai dengan protapnya. Pada bayi juga misalnya pada bayi
asfiksia, bayinya kecil 1 kg 1 ons.”
Hasil wawancara di lapangan :
Dari hasil wawancara, Bidan Istri menjaga prinsip
dasar filosofi kebidanan yaitu diantaranya standar profesi bidan dan kode etik
kebidanan. Dalam menghadapi kasus pathologis, bidan Istri menanganinya sesuai
dengan protapnya yang berarti bidan Istri melaksanakan tindakan asuhan sesuai kewenangan atau bantuan apabila
diperlukan ini berdasarkan ruang lingkup asuhan kebidanan.
31. Observasi
: Mengobservasi adanya rekam medik dan silahkan dicermati dan tanyakan mana
yang merupakan data subyektif, data obyektif, diagnosa, merumuskan masalah,
kebutuhan, antisipasi, masalah potensial, mana kasus yang membutuhkan rujukan
atau kolaborasi dan bagaimana penanganan awalnya.
Hasil observasi : ada, terdapat data
subyektif, data obyektif, diagnosa, merumuskan masalah, kebutuhan, antisipasi,
masalah potensial yang terpisah perindividu. Dan terdapat pula rekam medik
mengenai kasus yang membutuhkan rujukan atau kolaborasi dan cara penanganan
awalnya.
Hasil observasi di lapangan
Dari
observasi lapangan yang dilakukan di tempat praktek bidan Istri Yuliani,
terdapat data subyektif, data obyektif, diagnosa, merumuskan
masalah, kebutuhan, antisipasi, masalah potensial yang terpisah perindividu.
Dan terdapat pula rekam medik mengenai kasus yang membutuhkan rujukan atau
kolaborasi dan cara penanganan awalnya. Hal ini bermaksud menciptakan catatan
permanen tentang asuhan yang diberikan kepada pasien, memungkinkan berbagai
informasi diantara para pemberi asuhan, memfasilitasi pemberian asuhan yang
berkesinambungan, memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan,
memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistik
mortalitas/morbiditas, meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan
bermutu tinggi kepada klien, ini semua sesuai dengan manfaat adanya
pendokumentasian disetiap tindakan yang dilakukan oleh bidan. Selain itu, hal ini juga untuk
memenuhi prinsip manajemen pendokumentasian kebidanan, yaitu AUTONOMY :
memberikan hak-hak mereka
membuat pertimbangan pilihan tindakan. BENEFIENCE : merupakan tugas yang baik untuk menolong dan membuat
klien lebih terbuka agar tidak terjadi
kesalahan. JUSTICE : memberikan penyaluran
kebenaran terhadap manfaat dan pokok-pokok dalam lingkungan. FIDELITY : menjaga
masalah-masalah yang sebenarnya, kepercayaan dan pemeliharaan sumpah. Dan dalam
wawancara, bidan istri juga pernah mengalami kebutuhan tindakan segera seperti
masalah rujukan, kolaborasi, dan penanganana awal (dokumen) ini berarti bahwa
bidan istri tetap menjalankan manajemen kebidanan.
32. Wawancara:
“apakah asuhan yang diberikan ke pasien selalu sesuai dengan yang direncanakan
? bagaimana pengalaman ibu dalam menghadapi pasien dan keluarga saat memberikan
asuhan ?”
Bidan Istri : “kadang kala tidak, karena
kadang kala kalau kondisi berubah menjadi tidak sesuai. Kadang kala ada pasien
yang menolak asuhan yang diberikan pada pasien yang harusnya dirujuk tapi kalau
keluarga tidak mau ya gimana lagi. Tapi kita tetap harus menjelaskan sampai dia
jelas sekali. Kalau dia menolak harus ada tanda tangannya pertandaan menolak.
Misalnya ada pasien yang menolak diberikan imunisasi anaknya tidak boleh
diimunisasi tidak boleh disuntik, kita sudah jelaskan tapi harus jelaskan
semua, manfaatnya, dampaknya kalau tidak diimunisasi dan lain sebagainya. Kalau
benar-benar tidak boleh ya sudah kita gak sontek tapi dia harus menandatangani
pertanyaan bahwa dia memang tidak ingin melakukan imunisasi. Setelah mendapat
penjelasan kita pasien menolak.”
Hasil wawancara di lapangan :
Berdasarkan
hasil wawancara terhadap Bidan Istri, pelaksanaan asuhan yang menyeluruh yang
dilakukan Beliau yaitu Pengkajian, Diagnosa, Masalah potensial, Kebutuhan
tindakan segera, Rencana asuhan menyeluruh, Implementasi, dan Evaluasi ini
sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan. Kadang kala, Bidan Istri
melakukan tindakan tidak sesuai dengan perencanaan jika kondisi pasien berubah-ubah.
33. Wawancara:
“saat memberi pelayanan kesehatan kepada pasien, bagaimana cara ibu menjelaskan
kepada pasien mengenai konsep sehat sakit ?”
Bidan Istri : “kalau terkait dengan
konsep sehat sakit yang namanya sehat itu tak hanya mental fisik namun, sosial
dan mereka produktif secara ekonomi. Jadi kalau dia sehat fisik menthalnya
sehat tetapi gak mau kerja itu namanya gak sehat ya to ? yang namanya sehat ya
kalau dia sehat fisik tapi tidak mau bergabung dengan lingkungannya, tidak mau
bergaul dengan tetangganya, tidak melakukan kegiatan sosial itu namanya tidak
sehat. Nah, dalam konsep sehat sakit kita selalu berupaya menjaga kondisi pasien
yang sehat tetap sehat, mencegah agar dia jangan sampai dia tidak sehat. Kita
hargai hak-hak pasien, hak-hak masyarakat, terus mengajak mereka itu tau bagaimana upaya untuk
melakukan penignkatan kesehatan. Serba sehat tidak narkoa, tidak merokok dan
lain-lain sebagainya. Apalagi kalau sudah sakit atau sakit ya kita harus sadarkan.
Kalau dia sampai terjadi sakit ya kita sadarkan.”
Hasil wawancara di lapangan :
Dari hasil wawancara terhadap bidan
Istri, pemberian pemahaman konsep sehat sakit selalu diberikan pada pasien, dan
bidan Istri selalu berupaya menjaga kondisi pasien yang sehat tetap sehat,
mencegah agar pasiennya jangan sampai tidak sehat.
34. Wawancara:
“apakah pelayanan kesehatan di tempat ini mencakup keseluruhan baik pelayanan
untuk ibu, keluarga maupun masyarakat ? boleh ibu berbagi pengalaman saat
memberikan pelayanan kesehatan bagi keluarga dan masyarakat ?”
Bidan Istri : “ yo pasti, pasti. Untuk
secara individu pasien datang kesinikan pelayanan individu. Untuk keluarga
kadang kala kita melakukan kunjungan, kadang pasien yang sudah waktunya kontrol
tapi tidak kontrol. Terus kalau keluarga yang datang mendamingi kita berikan
pendidikan kesehatan. Untuk pelayanan mastarakat misalnya lewat dasawisma,
lewat perkumpulan PKK, lewat perkumpulan kalau saya lewat perkumpulan kelompok
pengajian karena saya anggota kelompok dari pengajian kadangkala pas pertemuan
kita berikan, “bu ada maaf ya” sebelum kita mulai pengajian atau setelah pengajian tuh kita biasanya ada penyampaian
informasi, ada info kesehatan tentang ini ini ini misalnya deteksi dini tidak
di papsmer tapi dengan pipa test lebih murah cepat dan teliti.”
Hasil wawancara di lapangan :
Bidan istri menghargai hak-hak pasien,
hak-hak masyarakat, serta menyampaikan informasi kepada pasien nya cara
meningkatkan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hak-hak pasien, yaitu hak pasien
untuk sehat. Bidan Istri juga menerapkan pencegahan infeksi, pencatatan
(dokumentasi) serta asuhan sayang ibu yang membantu ibu dan keluarganya
untuk merasa aman dan nyaman selama dalam proses persalinan. Cara untuk
memahami asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri
”SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG SAYA INGIN DAPATKAN?” Bagian dari ini juga
merupakan asuhan sayang bayi.
35. Wawancara:
“bu, boleh berbagi tips kepada kami supaya kami besok saat menjadi bidan dapat
memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kepada pasien ?”
Bidan Istri : “yasudah kalau saudara mau
jadi bidan yang baik profesional saudara ikuti saja patuh kode etik, patuh
standart profesi, patuh pada standart pelayanan, patuh pada protap, 5 S,
setelah itu saudara apa fasilitas, tempat pelayanan itu mudah diakses dapat
dijangkau, harganya terjangkau, ya kan ? kalau kemahalan ya ra pali orang-orang
pastinya gak mau dateng lagi, ruang tunggunya cukup, ruang nyaman tidak
sempit.”
Hasil wawancara di lapangan :
Bidan Istri memberikan tips kepada kami
untuk menjadi bidan yang dapat memberikanpelayanan aman dan memuaskan kepada
passien, tips-tips tersebut diantaranya kami harus mematuhi kode etik, patuh
standart profesi, mematuhi pada standart pelayanan, patuh pada protap, 5 S
(karakteristik bidan), memiliki fasilitas, tempat pelayanan mudah diakses, dan
harganya terjangkau. Hal ini sesuai dengan standar-standar yang wajib dimiliki
oleh seorang bidan dalam ruang lingkupnya.
36. Observasi
: Mengobservasi adanya form informed consent (persetujuan pasien)
Hasil observasi di lapangan :
Dari hasil observasi yang kami lakukan,
terdapat banyak sekali form informed consent (persetujuan pasien) di tempat
praktek bidan Istri Yuliani hal ini menunjukan bahwa Bidan Istri Yuliani
menghormati martabat manusia dan penentuan pilihan sendiri tidak memaksakan
kehendak terhadap pasien, serta menghormati perbedaan budaya dan etnik. Form
informed consent (persetujuan pasien) yang disimpan lengkap dengan tanda-tangan
pasien untuk keakuratan persetujuan pasien tersebut.
37. Wawancara:
“bu, bagaimana ya prosedur atau standar (SOP) di tempat ini dalam hal
memberikan pelayanan mandiri, kolaborasi dan rujukan ?”
Bidan Istri : “SOP nya kalau pelayanan
mandiri kan SOP nya sudah ada. Misalkan saya mau memasang IUD juga ada
protapnya. Tapi kalau saya mau melakukan kolaborasi karna sekarang sudah zaman
IT ya sebelum pasien dianter kemana sebelumnya kan kita telepon dulu atau sms
kemudian setelah itu kita berikan oengantar oakai surat demikian juga rujukan
ada pasien bermasalah kita mau rujuk rumah sakit itu kita harus telepon dulu ke
rumah sakit, jangan sampai kita sampai rumah sakit gak ada tempatnya yakan
seperti itu jadi tu kita itu merujuk pasien itu dengan apa kita jelaskan pasien
ini diagnosisnya begini mau saya rujukan apakah bisa menerima di tempat rujukan
itu. Ya kita rujukan pada rumah sakit yang sudah connect. Artinya bisa
menangani penangan obsetri, neonatal emergency komprehensif. Jadi kita merujuk
ke yang lebih tinggi, tidak bisa bidan merujuk ke bidan yang lain. Bidan
merujuk ke puskesmas yang belum connect ya gak bisa.”
Hasil wawancara di lapangan :
SOP di tempat praktek Bidan Istri
Yuliani suda sesuai dengan ruang lingkup asuhan kebidanan dan wewenang bidan
dalam memberikan pelayanan
BAB IV
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Dalam praktek lapangan wawancara dan
observasi kepada Ibu Bidan Istri Yuliani di tempat prakteknya pada tanggal 9
Januari jam 09.000 WIB, kami menyimpulkan bahwa karakteristik bidan pada Bidan
Istri Yuliani sesuai dengan standart profesi bidan, begitu juga dengan upaya
Bidan di pelayanan kesehatan primer juga memenuhi standart profesi bidan, kode
etik bidan, dan sesuai dengan kewenangan seorang bidan.
Profesi dan profesionalisme Bidan
Istri dapat dinilai dari cara dia berpakaian dengan rapi, sopan dan santun
serta Beliau berbahasa yang ramah dan bertata krama terhadap orang lain.
Pendidikan, pengalaman bekerjanyapun sesuai dengan profesinya sebagai bidan.
Semua kompetensi yang terdapat di tempat praktek Bidan Istri Yuliani sesuai
dengan aturan kemenkes 1464/2010. Pencegahan infeksi di tempat praktek Bidan
Istri Yuliani teruji klinis dengan bantuan DTT untuk mensterilisasikan semua
peralatan yang sudah/belum digunakan. Begitu juga dengan lingkungan sekitar
tempat praktek terjaga bersih demi kenyamanan pasien saat mengunjungi tempat
prakteknya. Di ruang tunggu pasien terdapat SIP Bidan yang menunjukan bahwa
Bidan Istri Yuliani teregister atau ter lisensi sah sebagai seorang bidan dan atau memiliki
izin yang sah untuk melakukan praktik bidan. Ruang lingkup pelayanan yang
dilakukan ditempat prakteknya pun bekerja dalam kemitraan dengan perempuan yang
meliputi balita, remaja, wanita hamil, wanita melahirkan, wanita nifas, wanita
menyusui dan wanita lanjut usia. Promosi dan pendidikan kesehatan bagi ibu,
keluarga, dan masyarakat yang diterapkan pada tempat prakteknya dalam bentuk
poster atau leaflet yang terkait sesuai dengan standar profesi kebidanan. Saat
menghadapi kasus patologis, Bidan Istri Yuliani menyesuaikan kewenangannya
sebagai bidan, apabila bukan kewenangannya lagi maka beliau memindahkan asuhan
ke pihak yang lebih berwenang.
Manajemen kebidanan yang terdapat di tempat praktek
Bidan IstriYuliani secara lengkap tersusun rapi yang menunjukan bahwa dalam
melaksanakan tindakan Bidan Istri tetap berpegang teguh pada manajemen
kebidanan. Pelaksanaan asuhan olehnya tidak selalu diterima oleh pasien atau
dari pihak keluarga pasien, tetapi Bidan Istri Yuliani tetap berupaya agar
tindakan yang seharusnya dilaksanakan tetap dilaksanakan dengan memberikan
bimbingan atau pendidikan kepada pasien maupun keluarga pasien, dengan begitu
pasien atau keluarga pasien akan lebih tahu mengenai manfaat tindakan yang akan
diberkan.
Dalam konseptual model asuhan kebidanan, bidan istri
tetap menyampaikan pemahaman konsep sehat sakit kepada pasien agar pasien sehat
tetap sehat. Bidan Istri Yuliani juga memberikan Health For All sesuai dengan
kewenangannya sebagai seorang bidan yang meliputi asuhan pada wanita, keluarga
dan masyarakat. Tidak lupa, konsep dalam pelayanan kesehatan oleh bidan istri
diberikan dengan aman dan memuaskan ini terlihat saat kunjungan kami menemui
seorang ibu terlihat lega setelah memeriksakan masalahnya pada Bidan Istri.
Model praktek kebidanan yang digunakan oleh bidan Istri Yuliani mulai dari
mandiri, kolaborasi dan rujukan sesuai dengan prosedur atau standar (SOP) dalam
memberikan pelayanan.
b.
Saran
Demikianlah laporan ini kami buat dengan
sebaik-baiknya, namun sebagai manusia kami tidak lepas dari kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun kami sangat diharapkan untuk
menyempurnakan laporan ini diwaktu yang akan datang.
LAMPIRAN
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus